Tiga Jenis Murid

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, Surabaya, Indonesia. 3 Maret 1993

 

 

 

Berbicara soal murid-murid saya, beberapa dari mereka mengikuti saya dengan sangat setia; mereka lebih cerdas. Di samping itu, dari pengalaman kami, murid-murid yang mempunyai pengalaman batin yang baik akan mengikuti saya sampai pada akhirnya. Mereka bisa lolos dari berbagai ujian. Saya boleh berambut ataupun botak, saya mungkin memakai jeans ataupun pakaian lainnya..., mereka dengan mudah menerima saya. Mereka mengerti dari dalam dan tidak tergantung pada penampilan luar saya. Mereka menerima ajaran-ajaran saya langsung dari dalam. Murid-murid yang memiliki pengalaman batin yang lebih baik, mereka lebih setia kepada saya. Mereka begitu santai dan bahagia. Tidak soal bagaimana saya memperlakukan mereka, memarahi mereka, mencintai mereka, memberi mereka banyak hal ataupun tidak; mereka tetap mengikuti saya. Mereka mengerti dari dalam bahwa Guru mengajarkan mereka hal-hal yang benar.

Murid-murid kebanyakan atau yang menengah yang mungkin saja kekurangan landasan dan fondasi yang dalam karena latihan mereka di kehidupan lampau. Mereka kembali, tetapi kebiasaan mereka belum sepenuhnya dikalahkan. Mereka tidak menelitinya dengan mendalam. Mereka tidak sungguh-sungguh ingin mengerti atau menjadi rajin. Setelah saya mengajar mereka, mereka hanya bermeditasi sesempatnya saja. Mereka bermeditasi hanya jika mereka dalam keadaan tertekan dan lelah. Pada waktu biasa, mereka tidak bermeditasi. Mereka jarang berpikir tentang Guru. Saat mereka bermasalah, mereka berdoa kepada Bodhisattva Quan Yin atau Buddha Amitabha. Jika tidak ada reaksi, mereka akan mencoba berdoa kepada saya. Jika ada reaksi, mereka mungkin mulai kembali berlatih lagi. Jika tidak ada tanggapan, atau jika tanggapan itu tidak sebanding dengan harapan mereka untuk menerima jutaan dollar dengan segera, mereka akan berhenti berlatih. (Tertawa)

Murid yang terendah adalah mereka yang kekurangan kebijaksanaan, dan tidak mempunyai banyak penglihatan batin. Mungkin waktu sebelum mereka mendapatkan inisiasi, mereka selalu menertawakan dan meninggalkannya. Jika ada orang mengajarkan Kebenaran, mereka tidak mempercayainya. Saat Buddha Sakyamuni masih hidup, saat Dia sedang membabarkan Dharma, sedikitnya ada 5.000 orang yang meninggalkan-Nya.

Namanya bukan Kebenaran Sejati jika tidak ada seorang pun yang menertawakannya. Kebenaran Sejati selalu ditertawakan. Mengapa mereka menertawakannya? Karena mereka belum pernah mendengar teori semacam itu. Maka, kecuali mereka yang mempunyai kebijaksanaan agung, orang-orang kebanyakan akan selalu menertawakan. Hal ini sangat sederhana dan beralasan.

 

Tiga Jenis Praktisi

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai
Hsihu, Formosa, 10 Juni 1990

Ada tiga jenis praktisi rohani. Yang pertama percaya kepada Tuhan dan mematuhi-Nya. Yang kedua mengabdi kepada Tuhan. Yang ketiga, atau yang tertinggi, telah manunggal dengan-Nya. Ia yang manunggal dengan Tuhan berarti telah menjadi Tuhan. Ia datang karena ketulusan; bukan ketamakan. Ketulusan itu datang secara alami dan sulit untuk dijelaskan. Kadang-kadang kita bisa bingung antara mengharapkan sesuatu dan ketulusan, tetapi sebenarnya itu berbeda.

Orang jenis pertama suka menyembah dan mematuhi Tuhan. Ia sangat puas dan bahagia dengan beranggapan bahwa ia memiliki Tuhan yang lebih tinggi darinya, melindunginya, berdoa dengannya. Ia tidak menginginkan apa pun, selain menyembah dan mematuhi Tuhan.

Orang jenis kedua mengenal Tuhan dan senang bekerja dengan-Nya. Apa pun yang dilakukannya, ia melakukannya untuk Tuhan. Tetapi, tidak lama kemudian, ia akan lebih menyukai pekerjaan itu daripada Tuhan. Semakin lama, semakin banyak pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga ia lupa bahwa tujuan terakhirnya adalah Tuhan. Orang semacam ini mempunyai banyak pahala. Ia melakukan banyak hal yang baik, seperti menolong makhluk hidup, berceramah, mendirikan kuil, menjadi biarawan dan lain-lain. Tetapi, setelah ia melakukan hal-hal itu dalam waktu yang lama, orang mulai menyembah dan memujanya. Mereka percaya bahwa ia sangat bermoral dan terus memujinya. Semakin mereka memuji, semakin ia terhanyut dalam pekerjaan itu. Perlahan-lahan ia menjadi terikat untuk melakukan hal-hal baik, tidak pernah mampu manunggal dengan Tuhan. Kedua jenis murid ini tidak bisa mencapai tingkat tertinggi, yang satu terikat untuk menyembah Tuhan dan yang satu lagi terikat untuk bekerja agar menyenangkan Tuhan.

Orang jenis ketiga mungkin juga memuja Tuhan dan berbuat hal baik untuk menyenangkan Tuhan, tetapi ia tahu hal-hal itu tidak begitu penting. Ia lebih suka memahami, "Siapakah Tuhan", ia tidak hanya ingin menyembah atau menyenangkan Tuhan dengan kerja nyata. Di samping itu ia juga ingin tahu siapakah Tuhan itu. Ia ingin 'menangkap-Nya'. Orang jenis ini akhirnya akan manunggal dengan Tuhan. Sangat sedikit orang dapat mencapai tingkatan ini.