Hidup Kekal

dan Hukum Alam Semesta

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai 

 

 

Saudara-saudariku, saya sangat berbahagia dan terhormat karena dapat bersama kalian malam ini, di universitas yang sangat tua, dihormati, dan ternama di Amerika dan di dunia. Saya sudah lama mendengar dan kagum akan nama Harvard University. Maka, saya merasa sangat terhormat berada di sini. Ini semuanya berkat keramahan dari bagian administrasi kampus dan juga bantuan dari Bapak Tavanty dan juga banyak bantuan dari yang lainnya. Pada saat saya melihat kalian, saya melihat kilauan wajah kalian dan pancaran kepolosan dari hati kalian, saya merasa bahagia. Maka, saya berharap bahwa pertemuan ini, yang dimulai dengan sangat baik, akan berakhir secara luar biasa, dan saya dapat melayani kalian dengan sesuatu selama dua atau tiga jam ceramah; dan mudah-mudahan saya dapat memuaskan beberapa kerinduan kalian yang paling dalam akan Tuhan atau Hakikat Kebuddhaan atau Tao; atau semoga kalian memiliki sedikit kenangan akan siapa diri kalian atau dari mana kalian berasal.

Nah, bagian dari universitas ini adalah bagian hukum. Orang-orang ke sini untuk belajar hukum negara, atau sipil, yang pada umumnya mempelajari hukum Amerika, benarkah demikian? (Hadirin: Ya.) Setiap negara memiliki hukum yang berbeda, tetapi pada umumnya untuk melindungi hak asasi manusia, untuk melindungi sistem ketata-negaraan di masyarakat, dan supaya rakyat dapat hidup berdampingan dengan serasi. Itulah tujuan dari hukum yang ada di setiap negara. Jadi, hukum dari setiap negara tentu saja tergantung dari kebiasaan, tradisi, dan harapan dari mayoritas rakyat yang tinggal di negara itu. Mereka mungkin sama-sama setuju untuk menerapkan hukum ini dan itu supaya dapat melindungi kehidupan masyarakat pada umumnya. Nah, ketika kita melihat dari sisi kita sebagai manusia, hukum dibuat oleh manusia. Tetapi, ketika kita melihat dari sudut pandang kerohanian yang berada di atas kemampuan manusia, maka kita adakalanya melihat, walaupun hukum dibuat oleh manusia, mereka diatur oleh semacam kekuatan yang tidak kasat mata. Kekuatan tidak kasat mata ini, kita namakan dalam Sanskerta sebagai "karma". Karma merupakan bahasa Sanskerta untuk hukum sebab dan akibat. Seperti yang kita katakan di Alkitab Kristiani, "Apa yang kau tabur, maka itu yang akan kau tuai." Maka, pada saat orang-orang Kristen mempertanyakan saya bahwa hanya para Buddhis yang mempercayai hukum karma, saya tersenyum dan mengatakan pada mereka bahwa umat Kristen juga mempercayai hukum karma.

Alam semesta ini diatur dengan Hukum Alam Semesta. Setiap agama yang baik dan agung harus mengajarkan orang mengenai hukum karma.

Kalau tidak, mengapa mereka terus mengajarkan orang untuk berbuat baik dan menjadi orang baik, kalau tidak ada akibatnya kemudian, atau apa pun juga sesudah kehidupan? Buat apa harus repot menjadi orang baik, berbuat baik? Karena jika Anda jahat, maka Anda adalah orang yang tidak baik dan penuh dosa, Anda tetap hanya memiliki kehidupan ini. Jadi, hukum karma dan juga hukum reinkarnansi adalah sangat, sangat umum adanya. Dan setiap agama secara terbuka ataupun tertutup, atau maksud saya secara tidak langsung, mengajarkan jenis hukum ini. Hal ini adalah sama seperti kita memiliki hukum di setiap negara untuk melindungi sistem ketatanegaraan di masyarakat. Hukum alam semesta juga dibuat, untuk melindungi sistem dan kebajikan dari semua makhluk di alam semesta. Jika kita hidup di suatu negara, kita harus mengetahui sedikit-banyak tentang hukum di negara itu agar kita dapat hidup secara serasi, juga tidak mencelakai diri kita sendiri dengan melakukan hal-hal yang melanggar hukum.

Jadi, apabila kita merenungkannya, kita tidak saja hanya tinggal di satu negara, tetapi kita juga tinggal di dunia. Dan setiap negara adalah semacam ruangan di dalam tempat tinggal yang besar. Dengan demikian, kewajiban bagi kita yang tinggal di sini adalah untuk juga mengetahui sedikit banyak tentang hukum alam semesta. Setelah kita mempelajari hukum di berbagai negara, kita mungkin menyadari bahwa adakalanya suatu hukum di negara ini tidak berlaku di negara lainnya. Sebagai contoh, di negara kami seperti Au Lac, atau seperti Amerika, Anda hanya dapat mempunyai seorang istri atau seorang suami. Itu adalah hukumnya. Benarkah demikian? (Hadirin: Ya.) Jadi, jika Anda mempunyai yang kedua atau yang ketiga, istri atau suami Anda dapat membuat masalah dan membawa Anda ke pengadilan. Di Tibet, peraturannya sangatlah berbeda. Jadi, seorang wanita dapat mempunyai banyak suami. Seorang wanita dapat kawin dengan seluruh saudara dari satu keluarga. Tidak, saya tidak bercanda. Anda dapat membacanya sendiri. Anda tahu jika Anda membaca buku Swami Vivekananda. Apakah Anda telah membacanya? Beberapa buku tersebut, pernah? Beliau menceritakan pengalamannya tentang hal ini. Beliau berkata bahwa ia terkejut dan menanyakan seorang saudara kenapa mereka melakukan hal seperti ini. Kenapa mereka hanya mengawini seorang wanita, lima atau enam saudara. Dan saudara tersebut berkata: "Di Tibet, ini merupakan hal yang egois karena tidak berbagi sesuatu yang baik dengan saudara-saudaramu." Jadi, ia terus menekankan tentang hukum relativitas dan adakalanya moralitas di dunia ini.

Jadi, di setiap negara kita harus hidup sesuai dengan hukum di negara itu agar tidak menimbulkan masalah, mengecewakan diri kita sendiri dan orang lain. Jadi, kita tidak dapat berkata, "Baiklah, orang-orang Tibet adalah seperti itu, maka kita orang-orang Amerika belajar melakukan hal yang sama." Kita tidak dapat demikian. Kita tidak dapat hanya mencontoh begitu saja setiap orang. Hal ini sama dengan orang Au Lac, orang China, atau orang dari negara manapun. Mereka tidak dapat mencontoh tradisi negara lainnya. Mereka boleh menghormati hukum di negara mereka. Tetapi, terdapat juga hukum tidak kasat mata lainnya yang berkaitan dengan emosi dan suatu cara kehidupan yang tidak dapat mereka contoh.

Hukum Alam Semesta Kekal Adanya

Nah, kita mempertimbangkan bahwa apabila kita hidup di setiap negara, kita harus mengikuti hukum yang berlaku di negara tersebut. Jadi, kalau kita berada di alam semesta, kita juga harus mengikuti hukum alam semesta. Hukum tersebut akan melindungi kita supaya kita tidak jatuh ke dalam tingkat kesadaran yang lebih rendah. Sebagai contoh, ketika kita berada di suatu negara, dan kita melakukan semacam kriminalitas atau melanggar hukum, kita akan dipenjarakan atau terkena semacam denda. Bukankah begitu? (Hadirin: Ya.) Sekarang jika kita tinggal di alam semesta ini dan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum alam semesta, maka kita juga harus ditempatkan di semacam keberadaan lainnya yang sangat tidak menyenangkan bagi kita. Itulah yang dinamakan karma, hukum akibat. "Apa yang kau tabur, maka itulah yang akan kau tuai." Dengan demikian, apabila kita ingin hidup secara serasi dan tidak ingin mengalami situasi yang tidak menyenangkan bagi diri kita, maka kita harus mempelajari beberapa hukum alam semesta. Dan bahkan standar moralitas dari satu negara ke negara lainnya terkadang berbeda. Memang sangatlah sulit memberitahukan orang-orang di suatu negara untuk menerima hukum yang berlaku di negara lainnya, namun hukum universal senantiasa sama.

Ketika kita melihat hukum manusia, hukum tersebut berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya, bahkan ketentuan moral berbeda dari negara yang satu dengan negara lainnya. Maka, sulit untuk mengatakan kepada orang dalam suatu negara agar menerima hukum di negara lainnya. Tetapi, hukum alam semesta selalu dan senantiasa sama. Sebagai contoh, di Alkitab dikatakan bahwa, "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri. Kasihilah sesamamu, kasihilah musuhmu, dan sebagainya..." Hal-hal seperti ini tidak akan berubah.

Jika kita ingin mengetahui Tuhan atau sifat Kebuddhaan kita; Tuhan atau hakikat Kebuddhaan bagi saya mempunyai arti yang sama. Saya telah mengalami hal tersebut. Anda dapat memanggilnya Tuhan atau hakikat Kebuddhaan. Saya tahu hal ini adalah sesuatu yang sama, hanya suatu perbedaan dalam pengucapannya saja. Nah, apabila kita ingin mengalami hakikat Ketuhanan atau hakikat Kebuddhaan kita, atau apa yang kita namakan Jati Diri, kita haruslah mengikuti hukum ini. Dan untuk mengikuti hukum ini bukanlah satu-satunya hal yang harus kita lakukan. Tetapi, itu merupakan suatu kondisi awal jika kita ingin mengetahui Tuhan atau kita ingin mengetahui hakikat Kebuddhaan. Dalam Alkitab dikatakan, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika engkau tidak dilahirkan kembali dan jika engkau tidak seperti seorang anak kecil, maka engkau tidak dapat memasuki Kerajaan Allah." Dalam Taoisme, Lau Tze juga mengatakan bahwa kita harus suci kembali seperti seorang anak kecil. Juga di dalam Buddhisme, salah satu dari Sesepuh agung kita adalah Hui-Neng. Hui-Neng adalah Sesepuh Keenam Buddhisme Zen di China. Tetapi, menurut sejarah, ia dilahirkan di Au Lac. Sekarang saya tidak akan beradu pendapat mengenai hal ini, karena orang China ingin mengakuinya. Jadi, kita pun menawarkannya kepada mereka. Tidak apa-apa. Bagaimanapun, beliau bersifat universal, tetapi ini hanya untuk informasi Anda. Karena saya harus membicarakan Kebenaran, selalu berbicara Kebenaran. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang siapa dia, Anda dapat berbicara dengan saya kemudian. Kita tidak ingin membahas tentang tempat lahir-Nya atau akte kelahiran-Nya, hanya menyebutkan sedikit saja. Jadi, beliau berkata seperti ini, "Ketika aku bermeditasi, aku hanya melihat ke dalam kesalahanku sendiri, aku tidak melihat ke dalam kesalahan orang lain." Itu berarti Anda menjadi suci, Anda tidak mengkritik orang lain, Anda hanya seperti seorang anak kecil. Bukankah hal-hal tersebut sesuatu yang sama? Benar? (Hadirin: Ya.)

Kalian benar. Karena siapa pun yang tercerahkan dan yang telah melihat sekejap atau beberapa kejap ke dalam hakikat sejati, hakikat Ketuhanan atau Kebuddhaan, mereka akan mengatakan dan mengungkapkan pendapat yang sama. Mereka tidak dapat mengatakan hal yang sebaliknya. Mereka hanya dapat mengatakan Kebenaran dan tiada lain selain kebenaran. Kebenaran bisa saja aneh, bisa saja tidak begitu dikenali oleh kebanyakan orang. Meskipun demikian, Kebenaran sangat dikenal oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan dan yang telah merasakan kedekatan dengan Kebenaran. Kita dapat mengatakan kepada diri kita sendiri, "Saya tidak pernah belajar apa pun sebelumnya", "saya tidak pernah ke gereja", "saya tidak pernah ke vihara manapun." "saya bahkan tidak pernah membaca Sutra apa pun." Tetapi, itu bukanlah berarti Anda tidak mengetahui Kebenaran. Anda mungkin saja telah mengetahui hal-hal tersebut atau mungkin saja telah mengetahui Kebenaran dalam kehidupan sebelumnya. Jadi, hanya dibutuhkan sedikit air supaya bibitnya dapat bertunas kembali.

Manfaatkan Kemampuan Otak Untuk Mengembangkan Kekuatan Kita yang Tersembunyi

Saya baru saja mengatakan tentang Guru Hui Neng. Dia buta huruf. Dia tidak dapat membaca, tidak dapat menulis. Tetapi, ia terkenal selama berabad-abad dan bahkan semakin populer saat ini, sejak Buddhisme Zen, atau Ch'an atau Buddhisme China menunjukkan jalan-Nya ke Barat. Karena hakikat Ketuhanan atau Kerajaan Allah berada di dalam diri kita, atau hakikat Kebuddhaan dilahirkan di antara kita. Inilah apa yang kita namakan "kebijaksanaan" dalam istilah ilmiah, atau apa yang kita namakan sebagai 95 persen dari kemampuan yang tidak kita manfaatkan. Mengertikah? Karena para ahli telah membuktikan bahwa kita hanya menggunakan 5 persen kebijaksanaan kita, dari kapasitas otak kita. Yang dapat menggunakan 100 persen kebijaksanaan atau kecerdasannya merupakan seorang Buddha, Kristus, Lau Tze, Krishna atau Muhammad, atau siapa pun yang kalian percaya memiliki daya otak terbesar di dunia kita. Mereka adalah yang mengetahui rahasia memasuki keseluruhan kerajaan kecerdasan kita.

Nah, apakah ada jalan untuk menguasai 100 persen kecerdasan kita? Ya, ada jalannya. Itulah yang kita namakan Kerajaan Allah. Semuanya terdapat dalam diri kita. Nirwana juga merupakan hal yang sama. Para Buddha dan Kristus semuanya berasal dari Kerajaan Allah. Tiada siapa pun yang terlahir tanpa memiliki Kerajaan Allah ini atau tanpa hakikat Kebuddhaan; seperti ombak yang berasal dari lautan. Jadi, apakah terdapat suatu jalan untuk menguasai 100 persen kecerdasan kita ini? Ya, ada jalannya. Terdapat banyak jalan. Ada jalan pendek, jalan panjang, jalan besar, jalan kecil, jalan mudah, dan jalan sulit. Beberapa orang melakukannya dengan berdoa, berpuasa, hal-hal sederhana atau berbagai jenis usaha lainnya. Hal-hal tersebut telah kita baca dalam buku-buku kebijaksanaan kuno. Bagaimana orang mengorbankan segalanya agar dapat menemukan Tuhan dan menemukan hakikat Kebuddhaan. Tetapi saat ini, jika kita mengikuti jalur kaku tersebut akan terlalu sulit, terlalu memakan waktu. Kita tidak dapat pergi begitu saja ke dalam hutan dan meninggalkan kehidupan bermasyarakat.

Zaman dahulu, manusia memiliki lebih sedikit keinginan dan lebih sedikit kesenangan dalam kehidupan. Walaupun mereka menginginkannya, mereka tidak dapat memperolehnya. Saat ini kita memiliki lebih banyak godaan karena banyaknya kemudahan. Adakalanya, kita tidak menginginkan ini dan itu. Tetapi, tetangga memilikinya, dan istri tidak akan membiarkan kita rileks sampai ia memiliki hal yang sama, ataupun kebalikannya dari pihak suami. Zaman dahulu, manusia akan puas jika mereka hanya memiliki beberapa pakaian atau sedikit makanan untuk dimakan. Tidak ada koran, komunikasi, tidak ada TV, ataupun tidak ada barang-barang lainnya seperti itu. Maka, orang-orang tidak tergoda untuk menginginkan lebih banyak barang. Jadi, mereka mempunyai lebih banyak waktu. Mereka dapat memanfaatkannya untuk berlatih pada hobi mereka seperti menemukan Tuhan.

Menemukan Tuhan Adalah Hal yang Paling Menyenangkan

Nah, bagaimanapun, menemukan Tuhan juga merupakan suatu yang menyenangkan. Bagi saya, itu adalah suatu hobi. Suatu hal yang sangat menyenangkan. Orang-orang memiliki berbagai hobi yang berbeda, mereka lupa akan hobi yang terbesar. Itu adalah bagaimana menemukan Tuhan, bagaimana menemukan hakikat Kebuddhaan dalam diri kita. Saya dapat memberitahukan Anda, bahwa menemukan Tuhan tidaklah sesukar memperoleh uang. Kita bekerja sangat keras, 8 - 10 jam sehari, dan bahkan kemudian kita dapat dengan cepat menghabiskannya jika kita tidak hati-hati. Meskipun kita hati-hati, pada akhirnya kita hanya akan mendapatkan sedikit, dan sedikit lebih banyak untuk hari tua, tidak ada yang lain. Tetapi, jika kita menemukan Kerajaan Allah, maka buahnya bersifat kekal.

Apa pun kecerdasan, kebijaksanaan, kebahagiaan, kesenangan yang kita temukan, akan selalu menjadi milik kita. Tidak pernah sekalipun akan terhamburkan. Tidak pernah sekalipun orang dapat mencurinya dari kita. Dan bahkan kemudian keuntungan materi akan bermunculan. Dalam Alkitab, dikatakan, "Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka hal lainnya akan ditambahkan kepadamu." Itulah sebabnya orang zaman dahulu mengetahui di mana letak kebahagiaan yang kekal, sehingga mereka berlatih suatu jalan kehidupan, suatu Tao, berlatih jalan Buddha atau jalan Kristus. Anda lihat, saya terlahir sebagai seorang Katolik dan seorang Buddhis, keduanya, jadi saya harus berbicara untuk keduanya. Saya harap Anda tidak mempermasalahkannya.

Juga karena Dr. Tavanty telah memberitahukan bahwa kita, rakyat Au Lac memiliki tradisi keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama. Jadi, saya harus memegang teguh tradisi kami sesuai dengan tradisi Au Lac. Di Au Lac seorang suami Katolik dan istri Buddhis dapat pergi bersama-sama ke gereja di pagi harinya dan pergi ke vihara di sore harinya. Kebanyakan orang-orang kita tidak membeda-bedakan atau melakukan suatu kegiatan tidak bermanfaat tentang siapa yang terbaik dan agama apa yang tertinggi. Jika Anda bahagia dengan agama Anda, baik sekali! Saya bahagia dengan agama saya. Kita dapat mempelajari dari sesama lainnya beberapa hal yang baik. Bagaimanapun, siapakah diri kita hingga dapat menilai Sang Buddha? Siapalah diri kita hingga dapat menilai Yesus Kristus? Kita bahkan tidak berada di sana waktu itu. Kita bahkan tidak mengetahui betapa agungnya mereka saat itu, apa yang mereka lakukan. Kita dapat menilainya dari hukum-hukum baik yang Mereka tinggalkan untuk kita, dari ajaran-ajaran yang baik, dari contoh terkenal Mereka mengenai pengorbanan dan kasih. Maka, kita mengetahui Yesus adalah baik adanya. Lalu kita mengetahui Buddha adalah agung adanya. Kita tidak dapat mengkritik mereka atas apa yang telah mereka lakukan bagi umat manusia, maka tiada dari mereka yang boleh dikritik. Siapa pun yang mengikuti Kristus akan menjadi penganut Kristen yang baik. Siapa pun yang mengikuti Buddha akan menjadi Buddhis yang baik. Itu semua adalah tugas kita. Tidak mengkritik ataupun tidak membanding-bandingkan.

Dapatkan Pencerahan dan Lihatlah Tuhan dengan Seketika

Jadi, untuk itu dalam setiap ceramah, saya tidak akan menekan siapa pun untuk mengikuti saya; memotong rambut mereka untuk menjadi pendeta atau bahkan menjadi seorang Buddhis. Jika Anda seorang Kristen, maka Anda akan tetap sebagai Kristen. Jika Anda sebagai apa pun, Anda akan tetap demikian. Bahkan jika Anda seorang Ateis, saya juga tidak akan mencoba untuk meyakinkan Anda akan keberadaan Tuhan. Saya hanya akan menunjukkan Anda keberadaan Tuhan atau hakikat Kebuddhaan, dan kemudian Anda akan percaya. Karena jika kita tidak melihat Tuhan, jika kita tidak melihat hakikat Kebuddhaan dalam diri kita, sangatlah sulit bagi kita untuk percaya, benarkah? Jadi, kita tidak dapat menyalahkan seorang Ateis yang tidak mempercayai Tuhan.

Tidak semua orang yang terberkati dengan tanpa penglihatan, tetapi dapat percaya. Maka, untuk beberapa orang yang percaya tanpa melihat, kami menawarkan suatu kesempatan untuk melihat Tuhan atau untuk melihat hakikat Kebuddhaan. Inilah apa yang kami namakan pencerahan seketika. Mengetahui hakikat diri Anda sendiri, dan mengetahui Kerajaan Allah yang kita percayai. Karena pada saat kita tercerahkan; tak peduli apakah kita orang Kristen, Buddhis atau Taois; nanti kita akan menemukan hal yang sama, kita menemukan Kebenaran yang sama, Kerajaan yang sama, Nirwana yang sama. Tiada perbedaan. Saya telah berada di sana. Saya tidak menemukan adanya perbedaan. Hanya satu tempat, semuanya sama.

Sebenarnya, mengatakan "satu tempat" hanyalah merupakan cara pengucapan saja. Tetapi, tidak berarti harus merupakan suatu tempat jika Anda telah tercerahkan. Hal tersebut adalah suatu keadaan pikiran. Suatu tingkat kesadaran, pikiran, pengetahuan, dan pengertian yang lebih tinggi. Itu juga dinamakan Kerajaan Allah atau hakikat Kebuddhaan. Bukanlah berarti bahwa Anda terbang ke suatu tempat yang indah setiap hari. Pencerahan mewujudkan dirinya dalam berbagai cara. Anda kemungkinan melihat tempat-tempat yang indah, alam-alam kesadaran, alam-alam keberadaan. Atau Anda kemungkinan mewujudkan kebijaksanaan, dan kebajikan dalam kehidupan setiap hari agar dapat melayani diri sendiri, keluarga dekat Anda, negara Anda, dan seluruh dunia.

Ketika Guru India terkenal, Sri Ramakrishna masih hidup, Anda pernah mendengar namanya, bukan? (Hadirin: Ya.) Kita tidak dapat mengatakan bahwa beliau adalah seorang Buddhis, jadi jangan katakan bahwa saya hanya membela Buddhisme. Saya sangatlah berpikiran adil terhadap semua Guru Agung. Jadi, ketika beliau masih hidup, tentu saja, beliau memiliki begitu banyak penglihatan tentang Tuhan dan beliau memiliki begitu banyak macam Samadhi. Murid-murid beliau juga begitu senang karena memperoleh Samadhi yang sama.

Saya harap Anda mengetahui apa itu Samadhi, bukan? Jika Anda tidak mengetahuinya, maka saya akan menjelaskannya. Samadhi berarti bahwa Anda berada pada suatu tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan pada saat itu Anda kehilangan kontak dengan dunia luar. Anda bersatu dengan Tuhan. Anda hanya melihat Kerajaan Surgawi. Anda tidak melihat kesengsaraan dan kesakitan, dan tidak mengalami kesengsaraan dan kesakitan dunia atau apa pun yang tidak menyenangkan bagi badan dan pikiran. Anda berada dalam ketenteraman, dalam ekstase. Itulah apa yang kita namakan Samadhi. Terdapat berbagai tingkat Samadhi, tetapi saya tidak ingin membahasnya malam ini. Jika Anda mempunyai pertanyaan kemudian, kita dapat membahas lebih mendalam mengenai hal tersebut.

Cinta Kasih adalah Pengalaman Lebih Tinggi daripada Samadhi

Nah, murid-muridnya melihat beliau dalam Samadhi beberapa kali sehari, sangat dalam, keadaan tenteram, Nirwana yang dalam. Mereka juga menginginkan hal yang sama. Salah satu murid beliau yang paling maju yaitu Swami Vivekananda, yang sangat terkenal di negara Anda, bertanya pada Guru-Nya, "Dapatkah saya memiliki tingkat pencapaian yang sama seperti Anda?" Dan ia menanyakan begitu banyak kali pertanyaan seperti itu, karena ia tidak memilikinya. Maka, sang Guru memarahinya, "Bodoh kau, terdapat tingkat yang lebih tinggi dari Samadhi." Nah, apakah yang lebih tinggi tingkatnya dari Samadhi? Itu adalah cinta kasih, suatu penyerahan. Cintailah semua makhluk hidup sebagaimana diri kita sendiri. Cintailah musuh sebagaimana teman. Cintailah sesama. Cintailah Tuhan di atas segalanya, dan pasrahkanlah segalanya kepada Tuhan. Itulah yang lebih tinggi daripada Samadhi. Tetapi, terdapat suatu jebakan di sini. Kita sebagai Buddhis juga dapat berkata demikian, kita mencintai Sang Buddha, dan kita mencintai sesama kita, kita mencintai teman kita, musuh kita, hanya demikian saja. Tetapi, terdapat perbedaan antara perkataan dan perbuatan nyata.

Kebanyakan manusia tidak mampu mencapai cinta kasih yang demikian agung, karena kita tidak dilatih dengan cara demikian. Hanya orang-orang yang tercerahkan mampu mencapai cinta kasih yang demikian agung, kasih sayang dan toleransi. Maka, kita melihat di banyak negara dalam berbagai jangka waktu, orang-orang selalu bertengkar soal pendapat, soal wilayah, soal keuntungan keuangan. Tetapi, mereka selalu berkata bahwa itu atas nama cinta kasih untuk negara mereka, cinta kasih untuk agama mereka, cinta kasih untuk kelompok mereka atau saudara laki-laki mereka. Kemungkinan memang benar bahwa mereka mencintai negara mereka, sehingga mereka pergi bertengkar dan menyerbu negara-negara lainnya untuk keuntungan negara mereka. Tetapi, itu adalah cinta kasih yang terlalu kecil, terlalu terbatas.

Cinta kasih Buddha dan Kristus melingkupi seluruh dunia, tiada perbedaan ras, tiada warna kulit, tiada keuangan, tiada status. Maka, kita melihat murid-murid Sang Buddha terdiri dari berbagai tingkatan sosial, berbagai ras, berbagai warna kulit, berbagai status sosial, dan berbagai kewarganegaraan. Murid-murid Kristus juga sama. Berbagai macam murid, berbagai kewarganegaraan, berbagai kepribadian, berbagai perbedaan kepercayaan akan bersatu dengan sendirinya di bawah naungan seorang Guru yang tercerahkan. Karena cinta kasih sang Guru tercerahkan sangatlah agung. Ia melingkupi semuanya, dan tiada seorang pun yang merasa tidak termasuk. Jiwa-jiwa yang tercerahkan seperti itu tidak akan pernah bertengkar atau menyepelekan seseorang atau suatu negara atau aliran apa pun atau agama apa pun; tetapi mengajarkan cinta kasih universal, kebenaran universal, dan persamaan terhadap semuanya.

Karena itu Yesus berkata, "Semuanya adalah anak-anak Tuhan. Apa pun yang dapat aku lakukan hari ini, engkau dapat melakukannya lebih besar di kemudian hari." Beliau tidak berkata, "Akulah satu-satunya anak Tuhan." Ia berkata, "Kita semua adalah anak-anak Tuhan. Di dalam rumah Bapaku, terdapat banyak tempat tinggal dan semuanya dapat datang." Demikian juga Buddha mengatakan hal yang sama, "Kita semua dapat menjadi Buddha. Aku telah menjadi Buddha, dan engkau akan menjadi Buddha. Semua makhluk memiliki hakikat Kebuddhaan." Perkataan-perkataan ini mengandung arti yang sama, mengertikah? Itu adalah persamaan sifat manusia di mata Tuhan atau di dalam kebijaksanaan Sang Buddha.

Kita Dapat Memasuki Kerajaan Allah Selagi Masih Hidup di Bumi

Saya belum memulai misi saya secara serius sebelum dua tahun. Kapankah inisiasi pertama? Itu terjadi di India. Tepatnya tahun 1983, ketika saya mulai; dipaksa untuk mulai. Sekarang tahun 1989. Enam tahun, hanya enam tahun sejak saya memulai misi saya. Tetapi, saya telah menemukan bahwa semuanya benar-benar mewarisi Kerajaan Allah. Semua orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Dan setiap orang dapat melihat hakikat Kebuddhaan kapan saja, sejauh ia sungguh-sungguh menginginkannya, diyakinkan bahwa ia dapat melihat dan sungguh-sungguh membiarkan seorang Guru membantunya membukakan pintu untuk mereka. Semuanya dapat melihat, semuanya dapat memasuki Kerajaan Allah. Tiada seorang pun - kaya, miskin, kecil, besar, lemah, kuat, cerdas, bodoh - yang ditolak masuk ke Kerajaan Allah. Tiada pernah seorang pun, sejauh yang saya ketahui. Maka, saya mempercayai apa pun yang Kristus katakan adalah benar adanya. Kita hanya harus berlaku seperti seorang anak kecil lagi dan barulah kita dapat memasuki Kerajaan Allah dan pada saat ini juga selama kita masih hidup di Bumi. Kenapa? Karena Alkitab berkata, "Mari lihatlah, Kerajaan Allah ada di dalam dirimu!" Alkitab tidak mengatakan bahwa Kerajaan Allah jauh sekali, dalam jarak 20.000 tahun cahaya. (Guru dan semuanya tertawa.) Tidak! Tidak! Tidak! Ia mengatakan, "Kerajaan Allah ada di dalam dirimu." Dan Sang Buddha berkata, "Buddha ada di dalam dirimu." Jadi, keduanya mengatakan hal yang sama.

Jika kita ingin menemukan Buddha, jika kita ingin menemukan Tuhan, kita harus merenung ke dalam. Tetapi, bagaimana supaya kita dapat menjadi seorang anak kecil? Hal itu tidaklah mudah. Benar hal itu tidaklah mudah jika kita melakukan semuanya sendirian. Tetapi, jika kita mendapat kemuliaan Tuhan dan berkah dari seorang Buddha hidup, maka hal ini menjadi mudah. Buddha hidup bukanlah tubuh ini. Buddha hidup adalah kekuatan cinta kasih yang mengalir dalam tubuh seseorang dan memberkahi seluruh dunia, mengertikah? Jadi, ketika Sang Buddha masih hidup, beliau berkata bahwa beliau adalah Buddha. Hal itu bukanlah berarti beliau bangga akan kepribadian-Nya tersebut, keakuan-Nya sebagai Buddha. Tidak! Tidak! Hal itu berarti beliau telah memusnahkan egonya. Beliau bukanlah seorang "Aku" yang pada umumnya, tetapi beliau telah bersatu dengan Bapa, bersatu dengan alam semesta, dengan kekuatan daya cipta. Jadi, ketika Yesus mengatakan, "Aku adalah anak Tuhan, Aku dan Bapaku adalah satu," hal tersebut tidaklah berarti bahwa beliau begitu sombong dan bangga akan dirinya sebagai suatu individu yang berpribadi. Tetapi, beliau mengetahui bahwa beliau telah kehilangan dirinya, dan bersatu dalam lautan kesadaran yang agung.

Jadi, bagaimana menjadi seorang anak kecil? Sangatlah mudah. Kita memerlukan apa yang dinamakan proses pembersihan. Pertama kita harus bertekad mengikuti Perintah Alkitab atau Kitab Suci Buddhis lagi. Dua-duanya mengatakan hal-hal yang sama. Yang pertama dalam Alkitab adalah "Anda jangan membunuh". Di Buddhisme, juga, Anda tidak boleh membunuh. Dan di Hinduisme juga sama --- ahimsa, tidak menyiksa makhluk hidup lainnya --- itulah artinya ahimsa. Dari ahimsa tersebut berpangkal Perintah di Alkitab, di Sutra Buddhis. Kristus juga berada di India selama 19 tahun. Buddha juga pertama kali harus mempelajarinya dari kitab suci Veda. Dan kemudian beliau menjadi Buddha dengan kemauan-Nya sendiri. Jadi, jika kita mengikuti perintah di Alkitab atau kitab suci Buddhis dan kita mulai mengubah cara hidup kita, maka mulai sejak hari itu, juga dengan kemuliaan Tuhan, kita akan dibersihkan, disucikan seperti seorang anak kecil. Dan kemudian ketika kita disucikan pada saat tersebut, kita melihat Cahaya Tuhan, kita melihat Kerajaan Allah atau apa yang dinamakan hakikat Kebuddhaan.

Jadi, ketika Yesus masih hidup, beliau memberikan orang-orang baptisme, membaptis orang-orang. Tetapi, bahkan dirinya sendiri harus melalui proses baptisme. Beliau berkata, "Biarkanlah aturan dijalankan." Kenapa beliau harus melakukannya? Walaupun beliau telah agung adanya, dan Yohanes Pembaptis mengetahui bahwa beliau agung adanya. Tetapi, karena beliau mengetahui bahwa beliau harus memberikan contoh kerendahan hati, kepercayaan akan kemuliaan Tuhan kepada manusia lainnya. Semua hidupnya adalah suatu contoh kerendahan hati. Sang Buddha Sakyamuni juga sama. Sakyamuni adalah seorang pangeran, sungguh kaya dalam segala sesuatu, sangat cerdas. Beliau dapat memiliki seluruh negara, dan kemewahan. Tetapi, beliau pergi berkelana selama empat puluh sembilan tahun, bahkan setelah pencerahannya, untuk meminta sedekah. Permintaan sedekah beliau bukanlah berarti bahwa beliau tidak dapat bekerja atau beliau tidak mampu bekerja. Hanyalah untuk menunjukkan banyak hal, banyak contoh kepada umat manusia. Yang pertama adalah menunjukkan kepada kita ketiada-keinginan akan harta kekayaan duniawi. Yang kedua adalah menunjukkan kita bahwa kita semuanya harus bergantung satu dengan lainnya agar dapat hidup. Tiada seorang pun yang lebih tinggi, tiada seorang pun yang lebih rendah. Beliau adalah yang pertama mengajarkan persamaan, menentang sistem kasta yang merupakan gagasan tak tersentuh di India. Beliau mengajarkan dengan contoh dirinya sendiri dan kerendahan hati. Beliau tidak saja mengajar dengan mulut, dengan kata-kata, tetapi beliau mengajarkan dengan contoh hidupnya sendiri.

Jelmakanlah Cinta Kasih Agung Kristus ke Dalam Hidup Anda

Setiap Guru Agung melakukan hal tersebut. Yesus juga melakukan hal yang sama. Beliau berjalan dengan kaki telanjang. Beliau tidak memiliki tempat untuk membaringkan kepalanya. Sekarang dalam kehidupan kita saat ini, dalam kehidupan modern saat ini, kita tidak dapat mengikuti secara persis apa yang Buddha atau Yesus lakukan. Tetapi, kita dapat mengikutinya dalam hati kita akan cara hidup mereka. Kita harus merasakan suatu ketidak-melekatan untuk dunia ini, dan itu juga merupakan suatu pelepasan. Kita hidup di dunia ini, tetapi kita hidup tanpa adanya dunia. Kita tidaklah harus terlalu serakah akan kesenangan materi. Kita memiliki hal-hal tersebut hanya untuk mempertahankan kehidupan kita, tetapi mengetahuinya di dalam hati kita secara sungguh-sungguh bahwa yang terbaik adalah seperti Buddha dan Yesus yang tidak pernah memperdulikan hal-hal tersebut. Kita mengikuti Buddha di jalan ini, dengan ketidak-melekatan, dengan ketiada-serakahan. Kita mengikuti Kristus di jalan ini dengan ketidak-melekatan, dengan ketiada-serakahan, dan juga dengan mengasihi orang lain.

Nah, orang-orang Amerika telah menunjukkan beberapa cinta kasih Kristiani mereka; akan cinta kasih Kristus dalam beberapa interaksi dunia dengan negara-negara lainnya. Sebagai contoh, negara Amerika telah menerima begitu banyak pengungsi dari berbagai negara. Itu adalah merupakan bagian dari cinta kasih Kristus. Itulah bagaimana kita mengikuti Kristus. Dan mewakili orang-orang Au Lac, saya juga harus berterima kasih kepada saudara-saudara dari Amerika yang telah membuka tangan mereka dan menerima beberapa pengungsi dari Au Lac yang benar-benar membutuhkan. Itu juga merupakan bagian dari kasih sayang Buddha. Maka, saya mempercayai bahwa jika Anda adalah seorang Kristen yang baik, Anda juga adalah seorang Buddhis yang baik. Tidak ada perbedaan antara seorang Kristen dan seorang Buddhis, sejauh mereka melakukan kebajikan kepada orang lain. Makanya, saya tidak pernah membedakan antara Buddhis dan pemeluk Kristen.

Orang-orang Kristen melakukan kebajikan dalam banyak cara, dan orang-orang Buddhis juga melakukan kebajikan dalam banyak cara; ini mungkin hanya berbeda dari cara melakukan dan mengerjakannya. Berhati-hatilah bahwa saya tidak terlalu jauh dalam situasi politikal ini. Tetapi, saya tidak dapat menahan untuk mengungkapkan pendapat saya. Sebenarnya, karena jika kita tidak dapat mempraktikkan apa yang kita pelajari dari ajaran Kristiani atau Buddhisme, lalu apa gunanya? Benar demikian? Jadi, kita menunjukkan pikiran keagamaan kita melalui perbuatan-perbuatan kita sendiri. Maka, jika kita mengatakan sesuatu tentang situasi dunia, dan amnesti, dan kasih sayang rakyat Amerika atau negara-negara lainnya; itu pun juga sangat tepat! Hal ini bertepatan dengan ceramah keagamaan. Tetapi, apa yang ingin saya ungkapkan adalah sesuatu yang lebih konkret daripada apa yang seharusnya, karena beberapa orang ingin mengenal Tuhan, tidak hanya melayani Tuhan dalam kerangka manusia, tetapi juga ingin mengetahui Tuhan, Tuhan yang transendental, hakikat Kebuddhaan yang transendental.

Kita lihat bahwa Buddha menjadi Buddha dengan cara apa. Kita lihat Kristus, bagaimana beliau bisa menjadi begitu agung. Terdapat alasannya, terdapat suatu jalan untuk mencapai keagungan tersebut. Hanya seperti suatu hal ilmiah. Hanya seperti Anda ingin belajar di perguruan tinggi, Anda harus memiliki kondisi ini dan itu; Anda harus memiliki sejumlah uang, sejumlah kualifikasi dari sekolah tinggi; Anda harus lulus sejumlah ujian, dalam pekerjaan amnesti, dalam pelayanan sosial. kita harus mengetahui hakikat sejati kita; kita harus mengetahui dari mana kita berasal; kita harus mengetahui bagaimana agungnya diri kita.

Menjelajahi Kembali ke Sumber Kita

Nah, kita adalah makhluk agung di masa lalu. Kita telah datang dari Kerajaan Allah. Jika kita tidak datang dari Tuhan, lalu dari manakah kita berasal? Tuhan menciptakan segala sesuatu. Jika kita tidak datang dari hakikat Kebuddhaan ini atau Tao, lalu dari manakah kita berasal? Kita mestinya mulai dari sana, dari sumber teragung di alam semesta. Jadi, sesungguhnya kita ini adalah makhluk yang agung. Ini hanya karena kita lupa, yaitu Kebenaran yang kita lupakan. Nah, ada satu jalan untuk mengingat kembali hal-hal ini dengan berjalan mundur kepada sumber yang lebih tinggi, dari mana kita berasal. Seperti Anda mengikuti sungai menuju ke laut. Nah, jika Anda ingin pergi kembali ke sumber sungai tersebut, berjalanlah mundur. Jadi, Kerajaan Allah ada di dalam diri kita, sehingga berjalanlah ke dalam.

Terdapat suatu jalan untuk melihat kerajaan Allah di dalam diri kita, melihat Buddha di dalam diri kita. Itulah apa yang kita namakan metode pencerahan. Kembali ke hakikatnya. Sang Buddha telah mengikuti metode ini untuk menjadi Buddha. Yesus Kristus telah mengikuti metode ini untuk menjadi Putra Allah. Nah jika kita katakan bahwa kita semua adalah anak Tuhan, kita telah menjadi Buddha, jadi kenapa kita perlu berlatih? Ya, memang demikian adanya. Tetapi kita lupa. Maka, menjadi tidak berguna bagi kita sekarang. Kita harus mengingat lagi melalui usaha yang rajin untuk kembali ke masa lalu, ke ingatan terdalam kita sendiri. Itulah apa yang oleh para ilmuwan dinamakan 95 persen kecerdasan yang tertidur. Dalam 95 persen tersebut terdapat banyak hal. Nah, dengan hanya 5 persen, kita sudah dapat pergi ke Mars, kita sudah dapat pergi ke bulan. Kita sudah dapat membuat pesawat terbang dan roket dan berbagai macam kemudahan hidup. Apalagi jika kita menggunakan 95 persen tersebut?

Kerajaan Allah adalah milik kita, jika kita mengetahui bagaimana memanfaatkannya. Kita mengetahui bahwa kita adalah Buddha. Setiap orang mengatakan kita adalah Buddha, atau kita adalah putra Allah, tetapi kita tidak mengetahui di mana adanya keagungan tersebut. Kita hanya mengetahui bahwa kita selalu menderita setiap hari, atau tidak setiap hari, tetapi maksud saya kebanyakan hari yang ada. Maafkan saya kalau Anda bahagia, tetapi saya melihat dari kebanyakan orang. Walaupun mereka memiliki uang, memiliki keluarga yang baik, kedudukan, semuanya adalah sementara. Lihatlah negara kami, negara Au Lac, pernah begitu indah, penuh damai. Kami pernah memiliki begitu banyak benda; kami pernah begitu kaya dalam bahan tambang, pertanian, dan kebudayaan. Tetapi kemudian secara tiba-tiba, kami tidak memiliki apa pun. Tiba-tiba, semuanya menjadi terbalik, semuanya musnah.

Rakyat harus meninggalkan negara, sangat bahaya di laut, dan mereka harus berperang untuk kelangsungan hidup. Banyak orang yang datang ke negara Anda telah menjadi pahlawan di negara kami, telah menjadi jenderal, pemimpin terkemuka, miliuner, miliarder di negara kami. Mereka bukan saja menjadi miskin. Mereka bukan saja menjadi buta huruf. Mereka bukan saja menjadi tidak berguna sama sekali, orang-orang yang patut dikasihani. Mereka pernah menjadi orang-orang yang mulia di masa lalu, mereka pernah menjadi orang-orang yang bijak, masyarakat terkemuka, kaya, penuh budaya. Itu hanyalah suatu kesementaraan hidup yang adakalanya berubah dan membuat mereka menjadi tidak memiliki apa pun yang kemudian menistakan rakyat kami. Kemungkinan hal ini baik untuk mereka, saya tidak mengetahuinya, bahwa kita adakalanya harus belajar untuk turun ke bawah, menjadi rendah hati, dan untuk mengetahui bahwa terdapat suatu kekuatan yang lebih besar daripada kemampuan tangan dan otak manusia kita. Maka, kita harus berbalik kepada Tuhan, berbalik untuk berlatih menjadi Buddha, menyandarkan diri kepada kekuatan agung dari hakikat Kebuddhaan atau Kerajaan Allah.

Itulah kemungkinan alasannya kenapa kita adakalanya harus belajar melalui bencana untuk mengenali Tuhan. Kalau tidak kita akan terus meraih keberhasilan dalam hidup kita dan dengan menjadi begitu berhasil, kita menjadi terpisah, dan kita lupa dari mana kita berasal. Kita adalah anak-anak Tuhan; kita adalah Buddha. Jadi, hak kelahiran inilah yang harus kita tuntut. Tidak masalah melalui cara apa. Melalui kebahagiaan, melalui kerinduan, atau melalui bencana.

Hidup Adalah Sementara, Jadi Berlatihlah Sebelum Terlambat

Kita harus tercerahkan melalui berbagai cara. Jadi, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, terdapat begitu banyak jalan untuk menemukan kebijakan dalam diri kita. Jika kita tidak merindukan untuk menemukannya sendiri, adakalanya sang Pencipta akan mengirimkan bencana untuk membangunkan kita. Maka, kita melihat bahwa sering, pada waktu tertekan dan bencana, kita beroda lebih jujur, lebih hormat kepada Tuhan daripada ketika kita sedang baik-baik, daripada ketika kita sedang bahagia, atau dalam kondisi yang mantap. Bukankah demikian? Jadi, ketika kita memiliki penyakit, atau keluarga kita ada yang meninggal, atau terdapat bencana, barulah kita berdoa. Pada saat itulah kita baru ingat akan Tuhan dengan lebih jernih. "Tolonglah, tolonglah, tolonglah....." Begitu banyak doa.

Nah, kita tidaklah perlu harus menunggu sampai mendapatkan bencana agar ingat untuk berlatih lagi menjadi Buddha atau menjadi seperti Kristus. Kita haruslah berlatih ketika kita memiliki waktu, saat senang, dan dalam keadaan yang baik. Maka, kita tidaklah harus mengalami bencana. Apa yang kami istilahkan dalam Au Lac adalah: Bersiap-sedia adalah lebih baik daripada menyembuhkan. Kita semua mengetahui ini. Setiap negara akan berkata hal yang sama. Tetapi, kita tidak melakukannya. Kita hanya tidak bersiap-sedia. Kita hanya melakukannya, dan kemudian memetik hasilnya dan kemudian kita meratap. Sekarang kita telah melewati 30, 40, 50 tahun kehidupan. Kita haruslah mengetahui sedikit banyak tentang sifat alami kehidupan sementara ini. Kita haruslah memalingkan diri saat ini kepada Tuhan, sehingga pada hari kita meninggalkan dunia ini, Tuhan membukakan kerajaan untuk kita, Buddha menyambut kita. Bukan kegelapan, bukanlah alam keberadaan iblis yang kita namakan kekuatan Setan, atau kekuatan Negatif, atau kekuatan Maya.

Jadi, saya berada di sini sebagaimana di tempat lainnya juga, hanyalah untuk menawarkan kepada Anda suatu jalan untuk menemukan Keagungan kita sendiri. Dengan Tuhan, baik dan bagus. Dengan Buddha, juga baik dan bagus. Tanpa Tuhan, tanpa Buddha Anda masih dapat menemukan Keagungan Anda. Karena begitulah adanya Anda, Anda berasal dari Tuhan. Anda terikat untuk kembali kepada Tuhan, apakah Anda mempercayainya ataupun tidak. Begitulah adanya Anda, bagaimanapun Anda tidak dapat lolos. Jadi, saya hanya akan menawarkan kepada Anda apa yang saya temukan sebagai suatu harta karun, suatu harta karun tersembunyi di dalam diri saya. Dan saya mengetahui bahwa harta karun tersembunyi tersebut juga berada di dalam diri Anda. Saya hanya dengan senang membantu Anda untuk mengetahui sifat keagungan Anda, harga diri Anda. Dan kemudian Anda hidup di dunia ini sebagai raja, sebagai orang suci, sebagaimana Kristus telah lakukan, sebagaimana Buddha telah lakukan. Dan tidak memiliki sifat rendah diri yang rumit, dan tidak melakukan tugas Anda dengan baik, dan tidak tidur dengan baik, merasa bersalah, memiliki penyakit, berpenyakit badan dan pikiran. Itulah tujuan saya. Sekarang saya akan mengakhiri ceramah saya. Terima kasih!

 

Bahkan Para Guru Agung pun Harus Mematuhi Peraturan di Dunia Ini

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai, San Jose, California, Amerika Serikat,
16 Juli 1994 (Asal bahasa Inggris) Videotape #438  

Kalian selalu bertanya kepada saya: mengapa saya tidak melenyapkan semua iblis dan mengusir mereka, lalu membebaskan seluruh dunia atau seluruh murid, paling tidak memasak karma mereka menjadi kuah kari, dan selesai. Mengapa ada sisa karma untuk kehidupan ini? Kadang para murid juga mengalami sedikit penderitaan dan kesakitan. Sebenarnya hal itu sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, karena kalian setiap hari membersihkan rumah kalian dengan meditasi dan “sapu” vegetarian. Bukankah demikian? Orang lain hanya membersihkan rumah mereka dengan sapu yang terbuat dari pohon. Atau, saat kalian makan kubis atau sejenisnya, maka serat itu akan membersihkan sistem pencernaan kalian juga. Hal itu membuat kalian lebih sehat setiap harinya. Itulah mengapa kalian semua terlihat lebih muda dibandingkan dengan sebelum diinisiasi. Tidak perlu ke salon kecantikan, 'kan? Tidak, tidak perlu.

Jadi, Guru tidak dapat menghapus seluruh karma dari para murid, karma dari dunia ini, atau campur tangan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Itu semua karena kedua belah pihak harus menghormati peraturan di arena bermain ini. Seperti halnya dua kelompok yang bertanding dalam lapangan sepak bola, maka keduanya harus menghormati peraturan yang sama. Kita boleh bercakap-cakap bersama, tetapi kita tidak bisa melanggar peraturan hanya karena seseorang adalah anggota dari kelompok kita. Saat ia menendang seseorang yang seharusnya tidak ia tendang, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal itu, ia harus keluar. Bukan berarti bahwa karena ia adalah teman kita, maka kita menyelamatkannya. Dan saat grup lawan menang atau melakukan sesuatu yang benar, maka kita  mengusir mereka keluar atau memusnahkan mereka hanya karena mereka adalah lawan kita.

Jadi, sama halnya dengan dunia ini, ada dua kelompok yang sedang bermain. Kelompok yang satu adalah kelompok yang positif - pihak kita - dan kelompok yang lain adalah kelompok yang negatif, atau yang disebut sebagai pihak lawan yang selalu memberi kita masalah dan rintangan. Tetapi, kita berhutang sesuatu kepada mereka sebelumnya. Kita hidup di dunia ini, dan kita memiliki hubungan dengan mereka dalam banyak kehidupan. Jadi, sekarang kita tidak bisa melupakan begitu saja atas apa yang telah kita lakukan kepada mereka, atau atas apa yang telah dilakukan oleh kawan kita terhadap mereka di masa lampau dan menutup-nutupi kesalahan kawan kita, serta memperlakukan pihak lawan dengan tidak pantas atau dengan cara yang tidak adil.

Karena itu, bukannya kita tidak memiliki kekuatan. Bukannya Guru tidak dapat melakukan apa-apa. Sang Guru dapat mengubah seluruh alam semesta, tetapi kita harus bertindak adil. Jika tidak, maka kita tidaklah pantas untuk menjadi seorang suci atau menjadi praktisi yang suci. Itulah mengapa kalian menemukan banyak Guru yang bersifat sangat sabar. Seperti Buddha Sakyamuni: Dia dapat pergi ke Tanah Suci Buddha mana pun atau melakukan apa pun yang Dia inginkan. Dia dapat mengurus karma seluruh murid-Nya. Dia bisa membuat orang lain mencapai tingkat Arahat hanya dalam satu malam saja. Tetapi, Dia tidak dapat mengubah karma dari tempat kelahiran-Nya saat terjadi perang dan konflik dengan negara tetangga-Nya, itu karena Dia tidak ingin memperlakukan orang atau makhluk lain secara tidak adil. Tetapi, hal itu juga memberikan reputasi yang buruk bagi Dia. Pada saat itu, ada banyak orang, termasuk para murid-Nya yang kehilangan keyakinan terhadap Dia dan berpikir bahwa Dia tidak dapat melakukan apa-apa. Pada saat rakyat di negara-Nya sedang dilukai dan akan dipenggal, Dia tidak melakukan apa-apa sama sekali. Dia hanya pergi ke sana dan berbicara dengan mereka, hanya itulah yang Dia lakukan. Dia berusaha untuk menyadarkan mereka akan akibat dari perang dan pembalasan karma. Tetapi, mereka tidak mendengarkan. Kekuatan karma mereka sangat besar sehingga menarik mereka bersama, serta membuat mereka saling bertumbukan dan mati bersama.

Sang Buddha tidak bisa campur tangan, karena Dia adalah pemain yang adil. Begitu juga dengan Yesus Kristus. Dia memiliki banyak kekuatan magis, menurut legenda. Jadi, Dia seharusnya bisa menyelamatkan diri, tetapi Dia tidak melakukannya. Dia membiarkannya. Milarepa dari Tibet juga tahu bahwa Dia akan mati karena racun. Akan tetapi, Dia sebaliknya berkata kepada wanita itu: “Pergi dan ambillah hadiah itu terlebih dahulu. Setelah itu, saya baru akan meminum racun itu. Jika tidak, setelah saya minum dan mati, maka ia mungkin tidak akan memberikan uang itu.”

Jadi, mereka semua tahu sebelum mereka meninggal. Buddha Sakyamuni juga tahu bahwa Dia akan mati. Dia berkata: “Tiga bulan lagi saya akan pergi ke Nirwana agung.” Itu berarti meninggalkan dunia ini. Lalu Dia berharap agar Ananda berkata, “Mohon, janganlah pergi.” Tetapi, Ananda mungkin sedang memikirkan banyak hal yang lain, atau ia sedang lapar, memikirkan chapatti, dan tidak mendengar apa yang dikatakan Sang Buddha pada saat itu. Jadi, Sang Buddha mengisyaratkan hal itu sebanyak tiga kali, tetapi Ananda tidak mengatakan apa-apa. Ia mungkin lebih memikirkan chapatti. Saat kalian pergi meminta sedekah untuk makan sekali sehari, maka sangat sulit untuk menjauhkan chapatti dari pikiran kalian. Jadi, ia tidak memohon kepada Sang Buddha untuk tetap tinggal di dunia ini. Dan setelah itu, Sang Buddha pun menjadi muak, Dia berkata, “OK, tiga bulan lagi saya akan pergi dari dunia ini.” Setelah itu, Ananda terbangun dari impian chapatti-nya dan menangis, “Oh, mohon jangan pergi!” Tetapi, pada saat itu sudah terlambat. Saat Sang Buddha mengatakan hal itu tiga kali dan Ananda tidak menjawabnya, maka hal itu telah menjadi sesuatu yang pasti. Dan karena Maya, raja ilusi, senantiasa berada di sekeliling Sang Buddha, maka saat Ananda tidak menjawabnya, raja ilusi berkata: “Lihat? Tak seorang pun yang menginginkan Anda! Jadi, Anda harus pergi.”

Sang Buddha berkata: “Baiklah.” Dia mengetahuinya, tetapi Dia tetap pergi. Sebenarnya Dia dapat menunggu kesempatan lain untuk mengatakannya setelah Ananda kenyang atau setelah Ananda bermeditasi dengan baik dan memiliki pikiran yang jernih. Dengan begitu, Ananda mungkin akan tahu apa yang harus dikatakan, “Oh, mohon Guru, jangan pergi!” Tetapi, Dia memilih waktu yang salah, mungkin karena bagaimanapun juga Dia harus pergi. Seperti halnya Milarepa atau Yesus Kristus. Dia tahu sebelum Dia pergi. Dia berkata, “Ini adalah untuk yang terakhir kalinya kalian melihat aku. Besok atau sebentar lagi kalian tidak akan melihat aku lagi,” Dia telah mengetahuinya. Dan Dia bahkan memberitahu para murid-Nya bahwa murid yang mencelup roti ke dalam anggur, murid itulah yang akan menjual Dia, mungkin, seharga dua ratus dolar.

Jadi, yang disebut sebagai Guru, Mereka mengetahui segalanya. Mereka mengetahui apa yang Mereka lakukan. Tetapi, kadang kala Mereka bermain mengikuti permainan, karena dunia ini telah menjadi suatu keberadaan dan Mereka tidak bisa memusnahkannya. Banyak orang yang ingin tinggal di sini, seluruh populasi dari dunia ini melekat pada planet ini dan tidak ingin melepaskannya. Jadi, bahkan Sang Buddha dan Tuhan juga tidak akan memusnahkannya. Jika karma tidak terlalu berat dan tetap seimbang, maka planet ini akan tetap ada. Tetapi, jika planet ini tetap ada, maka akan ada timbal balik karma, dan itu tidak akan pernah berakhir. Jadi, misalkan hari ini mereka membunuhnya, dan pada hari yang lain anaknya yang akan membunuh mereka, lalu anak-anak mereka akan membunuh anaknya, dan seterusnya sampai kelompok orang ini bangkit sendiri dan menyadari kesia-siaan dari lingkaran setan yang tak berujung ini. Suatu saat, mereka akan berhenti membalas dendam dan menjadi tenang, dan setelah itu, maka segalanya akan menjadi berbeda.

Jika tidak, orang-orang di dunia ini tetap terus bermain, bermain, dan bermain sepanjang waktu dan mereka tidak pernah berhenti. Jadi, saat Sang Buddha datang ke sini, Sang Buddha juga harus menghormati aturan permainan di sini. Jika tidak, maka Sang Buddha tidak dapat datang ke sini. Bahkan Tuhan juga tidak dapat datang ke sini. Misalnya, jika ada presiden yang ingin bergabung dalam sebuah tim sepak bola, walaupun ia adalah presiden Amerika Serikat dan dihormati oleh seluruh dunia, bisakah ia bergabung dalam tim tersebut tanpa mengikuti aturan permainan sepak bola? Bisakah ia menendang ke mana pun ia suka? Tidak! Mereka akan langsung menolaknya. Bukannya karena ia adalah seorang presiden lalu ia dapat pergi begitu saja ke lapangan bola dan menendang bola ke sana kemari.

Sama halnya, dunia ini adalah sebuah lapangan bermain bagi makhluk di planet ini, dan dari tingkat kesadaran jenis ini. Jadi, dunia ini adalah lapangan bermain dari penghuni planet itu, seperti manusia, hewan, hantu, setan, atau mereka yang tinggal di planet ini dan tidak tampak. Jadi, meskipun Tuhan ingin datang ke sini dan membujuk beberapa anak-Nya untuk pulang ke Rumah atau berusaha untuk menemukan mereka yang ingin pulang ke Rumah bersama-Nya, maka Ia juga harus menghormati peraturan yang ada di sini.

Contohnya, jika presiden menyukai beberapa pemain bola dan mungkin ingin bersahabat dengan para pemain itu, maka satu-satunya cara untuk bersahabat dengan orang ini adalah dengan menjadi seorang pemain bola juga, paling tidak sekali-sekali atau berpura-pura menjadi pemain bola. Jadi, ia harus mempelajari peraturan dan menghormati peraturan itu. Lalu akhirnya, dengan perlahan-lahan dan bertahap, ia dapat bersahabat dengan pemain sepak bola itu, bercakap-cakap dengannya, membantunya, mengasihinya, mencurahkan perhatian dan kasihnya kepada bintang itu. Jika tidak, ia tidak bisa begitu saja masuk hanya karena ia adalah seorang presiden. Meskipun seluruh lapangan bola adalah miliknya, akan tetapi ia tidak bisa masuk seperti itu saja. Bahkan pemilik dari lapangan itu tidak bisa masuk; bahkan miliarder terkaya di dunia tidak bisa masuk begitu saja ke dalam lapangan bola dan membuat kekacauan.