Disampaikan oleh Maha
Guru Ching Hai, Retret Tujuh-hari, Yilan, Formosa,
12 - 18 Agustus 1988 (asal dalam bahasa Cina) MP3-1
Pikiran –
Suatu Kumpulan Kebiasaan dari Banyak Kehidupan
Anda selalu dikendalikan oleh pikiran Anda. Anda selalu menurutinya.
Apapun yang diperintahkan oleh pikiran, Anda segera melakukannya.
Itulah sebabnya, kehidupan demi kehidupan Anda tidak dapat
berdiri pada kaki Anda sendiri, atau menjadi orang suci, atau menjadi
guru bagi diri Anda sendiri. Masing-masing dari kita memiliki Guru
Batin. Guru adalah kebijaksanaan kita, tetapi kita gagal mengenalinya,
karena kita tidak menggunakannya dengan baik dan terus diperdaya oleh
pikiran. Kenyataannya, pikiran hanyalah suatu alat yang tidak dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk tetapi hanya bereaksi atas
dasar kebiasaan.
Andaikata Anda suka makan nasi sejak masa kanak-kanak.
Pikiran mengerti ini dan berkata, "Ah! Saya telah makan nasi setiap
hari sepanjang hidup saya, maka saya harus selalu makan nasi." Karena
pikiran yang demikian, maka bila Anda pergi ke Amerika, dimana nasi
tidak selalu tersedia dan Anda hanya bisa memperoleh roti, kemudian
Anda akan merasa tidak puas. Ini bukan reaksi dari Jati Diri. Pikiran
Anda yang bereaksi, "Mengerikan, makan roti setiap hari. Saya harus
mendapatkan nasi hari ini!" Kebanyakan pelancong Cina berusaha untuk
mendapatkan nasi pada saat makan tiga kali sehari, karena mereka tidak
dapat tahan pada pola makan rutin roti dan kentang saja. Sama
seperti kita, orang Amerika memiliki mata, telinga, hidung dan lidah,
tetapi mereka tidak memiliki masalah makan roti dan kentang setiap
hari. Tetapi, bila Anda meminta mereka makan nasi tiap hari, mereka
juga tidak tahan. Maka kita mengetahui bahwa masalah ini disebabkan
oleh pikiran dan kebiasaan kita.
Apakah pikiran itu? Pikiran itu tak lain hanyalah sebuah
instrumen yang berupa alat perekam. Apapun yang Anda rekam, ia akan
mengulanginya kembali saat Anda menekan sebuah tombol. Oleh karena itu,
kita harus sama sekali tidak mendengarkan alat ini. Bagi orang yang
dikendalikan oleh kebiasaan, hidup mereka akan membosankan, karena
mereka melakukan pekerjaan rutin sepanjang hari. Pola kebiasaan ini
mengisi pikiran kita, tetapi kita salah menyangka dan menganggap
kebiasaan dan pikiran kita sebagai Jati Diri kita, menjadikan mustahil
bagi kita mengenali Jati Diri kita.
Apakah kita orang Amerika, Cina, Perancis
atau kebangsaaan lainnya, Jati Diri kita adalah sama. Inti utama yang
ada sebelum kita mengembangkan latihan makan nasi atau kentang, atau
minum bir, adalah jati Diri. Kemudian kita berubah menjadi orang lain
setelah mengikuti kebiasaan dan adat tertentu. Kita mempercayai bahwa
kita adalah orang yang suka makan nasi atau kentang, atau minum bir,
tetapi sebenarnya itu bukan Diri kita. Orang ini tercipta di bawah
pengaruh berbagai kebiasaan dan pola, oleh keinginan-keinginan kita
dalam kehidupan, oleh kebutuhan-kebutuhan jasmani; itu bukan Jati Diri.
Praktisi rohani sangat disarankan untuk mendengarkan Guru
Batin daripada kebiasaan atau pikiran mereka. Semakin kita mendengarkan
pikiran, semakin kita jatuh dalam pesonanya dan tidak dapat bebas
darinya. Bila kita tidak hati-hati, seluruh kehidupan kita akan menjadi
sangat membosankan; mirip sekali dengan sebuah batu. Kita akan hidup
tiap hari dengan pola yang sama, dengan pola pikir yang sama, kebiasaan
yang sama dan tindakan yang sama, tetapi tanpa ada sedikit pun
kebijaksanaan.
Bila kita ingin mencapai kebijaksanaan, kita
harus memanfaatkannya secara praktis. Sebagai contoh, bila kita tidak
menggunakan uang milik kita, apa gunanya bagi kita? Kita mungkin
memiliki banyak uang, tetapi bila kita menyimpannya semua di bank atau
di suatu tempat, tetapi bekerja keras tiap hari, hanya menggunakan
penghasilan kita dan meninggalkan semua uang kita lainnya tersimpan di
bank atau di suatu tempat, itu akan menjadi sia-sia, dan pada suatu
hari akan membusuk!
Dengan teori yang sama, bila kita gagal dengan cepat
mengenali Jati Diri kita yang mandiri dan bebas, kita akan berada di
bawah kendali kebiasaan kita. Perhatian dan tenaga kita akan terpusat
pada pola perilaku yang sudah lama tersusun. Perhatian semacam itu,
dengan kekuatannya yang besar, akan membentuk suatu cetakan, sekali ia
menyatukan dirinya dengan berbagai pola ini. Sebagai contoh, cetakan
ini mungkin lebih menyukai nasi, perempuan, alkohol dan rokok. Seluruh
kecenderungan ini akan bergabung membentuk cetakan tertentu, dan pada
waktu kita terlahir kembali, kita akan bertindak kurang-lebih sama
dengan lama, kita malahan menambahkan lebih banyak kebiasaan yang baru.
Andaikata seseorang memiliki cara bertindak
tertentu dalam kehidupan lalunya dan juga dalam kehidupan ini; walaupun
dia dilahirkan di tempat yang berbeda, dia masih menyimpan pola
kehidupan lalunya, tetapi juga menambah beberapa yang baru sehingga
membuat situasinya makin rumit. Maka suatu ketika kita tidak mengenal
diri kita. Kita berbahagia hari ini tetapi tidak berbahagia esoknya;
kita baik-baik saja hari ini, tetapi menyedihkan esoknya; hari
ini kita berbicara seperti orang Asia, dan esok kita berbicara seperti
orang Barat. Kita tidak dapat mandiri atau menjadi guru bagi diri kita
sendiri. Kita tidak dapat memutuskan bagi diri kita sendiri, semua
karena kita dikendalikan oleh kebiasaan kita. Pikiran itu tak
lain hanyalah kumpulan pola-pola ini. Maka supaya kita dapat mengubah
diri, pertama-tama kita harus mengubah perilaku kita yang lama.
Sesungguhnya, individu itu tidak ada pada
mulanya. Kita berasal dari kekuatan yang sama, yang memanfaatkan
alat-alat tertentu untuk memperoleh pengalaman dan belajar. Akan
tetapi, kita menganggap bahwa pelajaran ini adalah Diri Kita dan
mengurung tenaga kita yang besar dalam suatu cetakan, sehingga
membatasi diri kita serta menempatkan Diri Kita di bawah kendali pola
kebiasaan, yang dapat mendikte daya maha kuasa kita ketika tiba
saatnya untuk makan nasi atau merokok. Daya ini tidak perlu melakukan
hal-hal demikian, tetapi melakukannya hanya karena di bawah kendali
pikiran.
.......Selanjutnya
|