Visi Zaman Keemasan


 

 

Zaman Baru,
Pemikiran Baru,
Sikap Baru

 

Oleh Saudara-inisiat Chen, Taipei, Formosa
(Asal dalam bahasa Cina)

 

 

 

Dari berperang hingga hidup berdampingan dan saling berbagi kemakmuran, umat manusia telah menempuh perjalanan panjang dan sulit yang mencerminkan upaya mereka yang tiada henti dalam mencari kebahagiaan. Sampai saat ini, walaupun kebanyakan orang sudah terpenuhi kebutuhan sandang-pangannya dan tidak perlu lagi berjuang demi kelangsungan hidup, mereka masih mempunyai perjalanan yang panjang untuk dilalui sebelum menemukan kepuasan sejati. Perselisihan penuh emosi terus mengiringi pergolakan politik dan ekonomi. Manusia mengalami penderitaan jiwa dan raga di bawah tekanan berbagai tanggung jawab sehari-hari sehingga tidak bisa menemukan waktu untuk benar-benar menikmati hidup. Lebih daripada itu, pertentangan ideologi antar agama bagaikan gunung berapi yang siap meletus, dan sekali meletus, akibatnya bisa sangat dahsyat. Mencermati perkembangan-perkembangan ini, beberapa solusi mendasar terhadap masalah-masalah kemanusiaan ditunjukkan oleh Maha Guru Ching Hai.

 

Politik

Secara umum, warga negara berbagai bangsa tidak mempunyai pilihan lain selain “menerima dengan ketidakpuasan” rezim politik yang berkuasa. Seperti Guru tekankan, “Berbagai masalah di dunia ini bukan salah para politikus atau sistem ekonomi negara mana pun atau paham bangsa apa pun, tetapi karena ketidaktahuan manusia akan Sifat Sejatinya sendiri. Kita tidak mengetahui betapa hebatnya diri kita, kita tidak mengetahui bahwa kita adalah perwujudan dari kepuasan hati, kita tidak mengetahui bahwa kita adalah perwujudan kasih. Oleh karena itu, pencerahan adalah obat untuk semua penyakit, semua masalah duniawi, dan semua peperangan!" (Dari Majalah Berita  #37, ‘Guru Berkata— Hargailah Kehidupan, Awali dengan Pencerahan’)

Sehubungan langkah praktisnya, Guru menyarankan, “Rakyat harus mencari orang-orang yang cerdas dan tidak hanya bergantung pada pemerintah dan para politikus. Pemungutan suara dan pemilihan umum seharusnya diusulkan oleh rakyat. Rakyat harus benar-benar memilih calonnya dan membuat sebuah daftar supaya dapat dipilih oleh semua orang. Pada kasus itu, mereka yang berbakat dan berbudi luhur tidak harus mempunyai uang untuk melayani negaranya.” (Dari Majalah Berita  #51, ‘Wejangan Guru—Pilihlah Orang-Orang yang Berbakat dan Berbudi Luhur')

Lebih lanjut Guru mengatakan, “Saya kira sistem pemilihan presiden di dunia kita perlu diubah. Sebagai contoh, jika presidennya baik, seharusnya diperbolehkan tetap memegang jabatan. Mengapa kita harus memboroskan begitu banyak waktu dan uang serta membuat begitu banyak masalah hanya untuk mengadakan pemilihan umum lagi? Bagaimana jika presiden tersebut merupakan orang yang baik, tetapi dia tidak tahu cara mengiklankan dirinya, bagaimana mempromosikan dirinya atau memasarkan dirinya, atau mungkin tidak mempunyai strategi pemasaran yang baik? Maka, dia akan kalah dalam pemilihan umum dan orang lain akan mengambil alih jabatannya. Orang baru itu mungkin memiliki kecerdasan bisnis yang tinggi, mengetahui bagaimana menggunakan iklan, memiliki banyak uang dan menggunakan cara penyuapan. Andaikan itu terjadi, maka kita akan kehilangan seseorang yang cakap! Orang baru mungkin tidak bisa melakukan dengan baik. Apa yang dapat dia lakukan dalam dua atau tiga tahun selama masa jabatannya yang pendek sebagai presiden?” Tentang ini, Guru juga mengatakan, “Di samping itu, hal ini akan menciptakan suasana persaingan demi ketenaran dan keuntungan di dalam negara. Itu tidak terlalu baik. Saya percaya, hukum itu harus diubah untuk membuat sebuah patokan penilaian. Seorang presiden dapat melanjutkan jabatannya jika dia mengumpulkan nilai yang cukup dalam kinerjanya di bidang ekonomi, budaya, diplomasi, dan stabilitas sosial. Ini dapat menghindari banyak masalah. Jika tidak, banyak waktu yang akan terbuang, dan banyak yang akan dipertaruhkan. Jarang sekali kita dapat memilih seorang presiden yang bagus, maka kita seharusnya membiarkannya tetap menjabat. Saya kira ini akan lebih baik, demokratis, dan lebih sedikit waktu yang terbuang karena semua orang memiliki kesempatan untuk terpilih sebagai presiden. Banyak hal akan menjadi sangat jelas.” (Dari ceramah Maha Guru Ching Hai, “Bagaimana Berlatih dalam Masyarakat yang Kompleks”, Hsihu, Formosa, 5 November 1995, DVD #512)

Ekonomi

Selain itu, umat manusia harus membebaskan diri dari polarisasi umum antara kaya dan miskin; mata pencaharian rakyat harus dilindungi dan mereka seharusnya ingin sekali bekerja. Guru menyatakan, “Saya dapat membayangkan bahwa rakyat di masa mendatang, setelah 2000 tahun, tidak perlu lagi bekerja begitu keras. Kita akan memiliki sistem yang berbeda, sistem yang lebih bijaksana, orang-orang akan bekerja hanya untuk hobi dan kita mungkin tidak membutuhkan uang. Setiap orang akan menghasilkan apa yang dia butuhkan dan kemudian berbagi dengan sesamanya. Itu akan lebih baik karena kenyataannya jika seseorang memiliki waktu lebih banyak, dia dapat menyumbang lebih banyak. Dalam waktu senggangnya, dia dapat berproduksi, belajar, melatih dirinya dengan cara kerja yang berbeda, dan dia dapat menggunakan kecerdasannya untuk mengembangkan hobinya. Dan kadang-kadang orang menggunakan lebih banyak tenaga untuk hobinya dan kemudian membuahkan hasil yang lebih baik. Saya kira semua orang seharusnya hanya bekerja setengah hari. Itu seharusnya sudah cukup, dan setengah hari yang lain untuk hobi, apa pun yang mereka ingin kembangkan atau penemuannya sendiri, penelitiannya sendiri.” (Dari ceramah Guru,  “Berbagai Konsep yang Salah Akan Mengarahkan Umat Manusia pada Bencana”, Bangkok, Thailand, 14 September 1994, Kaset Video #446)

Pendidikan

Di samping pengetahuan praktis, pendidikan rohani harus lebih dipentingkan. Berbagai protes oleh para Muslim di Timur Tengah akhir-akhir ini menggarisbawahi betapa mendesaknya hal ini. Kurangnya pemahaman akan kepercayaan agama telah menimbulkan kerusuhan yang jauh dan luas. Semua agama dan badan politik, di luar perbedaannya, memiliki satu hal yang sama; yaitu keinginan untuk mengejar Kebenaran. Oleh karena itu, kita seharusnya berupaya untuk menghilangkan banyak unsur takhayul dari berbagai agama dan memahami intisarinya.

Berdasarkan pemikiran ini, Guru menyusun sebuah solusi: “Setiap universitas seharusnya memiliki sebuah perpustakaan dengan koleksi-koleksi berbagai kitab suci sehingga semua orang dapat bersama-sama mempelajari filsafat para Guru masa lampau secara bebas dan damai. Kemudian kita akan memiliki pemahaman yang baik akan kepercayaan agama yang dianut para tetangga maupun teman kita; dengan demikian kita tidak akan memiliki begitu banyak perang, pertentangan agama, atau perang saudara.” (Dari ceramah Guru, “Mengapa Ada Pertentangan dan Fitnah Antar Agama”, Taichung, Formosa, 16 November 1988, Kaset Video #18). Pada kasus di atas, sepotong karikatur Nabi Muhammad menyebabkan ketidaktenteraman bagi seluruh dunia. Sebaliknya, jika manusia ingin menikmati kedamaian yang panjang, inilah waktunya kita saling memahami dan saling belajar.

Pertahanan Nasional


Guru juga menganjurkan pertahanan yang damai: “Pemerintah seharusnya mengetahui bagaimana membuat rakyatnya lebih bahagia, bagaimana melindungi tanah mereka tanpa menggunakan senjata dan menghabiskan banyak uang untuk persenjataan, bagaimana menjadi rukun dengan negara-negara tetangga dan semua negara di dunia dan menghindari pertentangan dengan mereka. Pemerintah sebaiknya memberika mereka kebebasan untuk datang dan pergi, tetapi pada waktu yang sama tetap melindungi kepentingan negaranya sendiri dan menjaga ketertiban negara.” (Dari ceramah Guru, “Apa yang Membuat Sebuah Negara Besar”, Singapura, 8 Maret 1993, Kaset Video #327)

Dan ketika ditanya bagaimana pertentangan antar negara dapat diselesaikan, Guru menjawab, “Orang-orang saling berperang karena mereka terlalu banyak mengidentifikasikan diri mereka sebagai makhluk fisik, dengan berbagai kebutuhan jasmani mereka, mereka saling membunuh. Satu-satunya solusi terhadap masalah ini adalah menemukan suatu cara untuk menyadari bahwa kita bukanlah tubuh ini, maka tiada seorang pun yang akan menentang kita dan kita tidak akan lagi berada dalam bahaya ekonomi atau politik. Pencerahan adalah jawaban yang sejati dan abadi. Jika tidak, kita akan terus mengidentifikasikan diri kita dengan tubuh kita sehingga berusaha memenuhi kebutuhannya karena khawatir bahwa orang lain akan datang dan mencuri hasil panen kita, mengambil istri kita, atau menjajah negara kita. Beberapa negara saling berperang karena mereka ingin mengembangkan kekuatan ekonomi. Untuk memberi makan penduduknya yang terlalu padat, mereka berjuang untuk mendapatkan lebih banyak tanah, untuk mendapatkan lebih banyak pasar ekonomi, dan sebagainya. Semuanya berhubungan dengan tubuh jasmani. Walaupun kita berkata bahwa itu menyangkut perbedaan paham, namun sesungguhnya hal itu berhubungan dengan berbagai tuntutan jasmani. Maka, jika kita menjadi tercerahkan, semua perang ini akan berhenti sendiri. Kita akan benar-benar menyadari arti dari persaudaraan umat manusia.” (Dari Majalah Berita #102 ‘Wejangan Guru—Ketenteraman Batin’)

Kehidupan Sosial

Selain itu, Guru mendukung untuk menghargai kebijaksanaan orang tua, dengan mengatakan bahwa lebih baik mempercayakan pendidikan anak-anak kepada kakek-neneknya daripada menyerahkan sepenuhnya ke tangan orang-tua mereka yang belum matang. Di samping itu, kita harus menciptakan sebuah lingkungan di mana tiada seorang pun yang menderita kelaparan atau kehausan, serta mendirikan lebih banyak dapur umum untuk memenuhi kebutuhan perseorangan. Pada topik ini, Guru menambahkan, ”Di beberapa komunitas yang lebih maju di alam semesta ini, Anda tidak perlu bekerja. Di mana-mana mereka memiliki semacam dapur umum, warung umum, di mana setiap orang dapat menukar hasil kerjanya, karyanya maupun keahliannya dengan barang-barang yang mereka butuhkan dan sekalipun mereka tidak mempunyai apa pun, mereka juga dapat memperoleh sesuatu. Tetapi, jika mereka menginginkan lebih, mereka harus berusaha dengan berbagai cara dan masing-masing menyumbangkan bakat dan kemampuannya kepada masyarakat, bukan demi uang, tetapi demi kesenangannya, demi kehormatan dari menyumbang.” (Dari Majalah Berita #93, ‘Guru Berkata—Sistem Kerja yang Berbeda di Alam Semesta’)

Kita seharusnya juga memperbaiki sistem politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial untuk menciptakan sebuah lingkungan yang ideal, menggantikan kekuasaan dengan pelayanan, persaingan dengan saling berbagi, dan kritik dengan pengertian. Kita harus mengenali kenyataan bahwa kita hanya memiliki satu Bumi dan kita semua saling bergantung. Kita harus melampaui suku, bangsa, agama, dan semua perbedaan yang diciptakan oleh manusia. Berkaitan dengan hal ini, Guru mengatakan hal berikut kepada para praktisi Quan Yin: “Kita harus menjadi pelopor, pemimpin di dunia ini, tidak dalam pergerakan politik, tidak dalam reaksi revolusioner, tetapi menjadi teladan pengorbanan dan kasih yang cemerlang. Itulah caranya agar kita dapat menyelamatkan dunia, itulah caranya agar kita dapat memimpin dunia menuju zaman baru, menuju semangat saling melayani dan mengasihi yang baru. Selama kita hidup, kita harus mengabdikan seluruh hidup kita untuk kebaikan, untuk kemajuan umat manusia, seluruh dunia, dan seluruh alam semesta. Visi kita harus demikian besar, lebih besar dari kehidupan, harus demikian mulia sehingga kita tidak merasa rugi sedikit pun. Kita tidak takut apa pun dalam visi yang demikian agung. Setiap rintangan menjadi kecil dan setiap ketidaknyamanan pribadi menjadi tidak berarti dalam visi seperti itu. Saya tidak merasa bahwa kita membicarakannya seperti sebuah mimpi atau hanya membuat sebuah visi, tetapi saya merasa itu akan menjadi kenyataan pada suatu hari.” (Dari Majalah Berita #21 ‘Guru Berkata—Membawa Dunia Menuju Zaman Baru')


  <<
Beritahu teman
tentang artikel ini