Guru tercinta,
Bagaimana
kabar-Mu? Saya sangat gembira dan berterima kasih dapat bertemu
dengan-Mu lagi di Thailand! Semua yang ada pada diri-Mu begitu indah
sehingga saya tak dapat melepaskan tatapan saya dari-Mu. Setiap kata,
setiap tatapan, setiap gerakan, dan setiap senyuman dari-Mu telah
menyentuh hati dan jiwa saya; membuat saya semakin mencintai dan
mengagumi-Mu.
Saat
mendengar bahwa pergelangan tangan-Mu sakit, dan Engkau harus menjalani
operasi, serta saat melihat bekas luka di layar lebar, saya menangis.
Ini mengingatkan saya pada sebuah kecelakaan yang saya alami pada musim
panas tahun 2006 lalu, yang menyebabkan pergelangan tangan saya terluka
dan bengkak. Pada saat itu, saya tidak mempedulikan orang lain dan
terus berdoa kepada-Mu untuk mengambil sakit ini dari saya. Perlu waktu
sekitar satu bulan agar bengkaknya menghilang, tetapi selama masa itu
saya tidak merasakan sakit sama sekali. Guru tercinta, sekarang saya
sadar bahwa ini sungguh tidak adil bagi-Mu. Saya yang mencederai
pergelangan tangan saya, tetapi Engkau yang harus menanggung sakit dan
penderitaannya untuk saya. Saya ingin menyentuh pergelangan tangan-Mu
dan bertanya, “Apakah masih sakit? Dapatkah saya mengambil sakitnya
dari-Mu?” Tetapi Guru, Engkau selalu memberi, menahan, dan tak pernah
membiarkan kami menanggung sakit untuk-Mu. Jadi, satu-satunya cara bagi
saya untuk membalas-Mu adalah dengan bekerja keras dalam latihan
rohani, menyebarkan ajaran dan kasih-Mu, mengubah kebiasaan buruk saya,
dan menjadi anak yang baik untuk-Mu.
Guru
tercinta, waktu yang saya habiskan bersama-Mu adalah waktu yang paling
indah dalam seluruh hidup saya. Terima kasih atas kasih surgawi-Mu;
terima kasih karena sudah memperkenankan saya hidup dalam keajaiban
setiap harinya; terima kasih karena sudah merawat seluruh keluarga
saya; dan terima kasih karena sudah membawa saya pulang. Ya, saya
sungguh rindu untuk pulang; ini adalah harapan saya yang terbesar.