Yesus dan Vegetarian

-Guru Quan Yin dan Pelopor Vegetarian

Oleh Saudari-inisiat Love-Light, Yogyakarta, Indonesia (Asal bahasa Inggris)

Pandangan bahwa Yesus Kristus adalah seorang Guru Metode Quan Yin dan pelopor vegetarisme didukung oleh banyak bagian buku di Injil Perdamaian Essene (The Essene Gospel of Peace): Buku Satu dan Injil Perdamaian Essene: Buku Empat – Ajaran Orang-Orang yang Terpilih, yang diterbitkan oleh Lembaga Internasional Biogenik. Teks-teks ini diterjemahkan oleh Edmond Bordeaux Szekely dari naskah kuno berbahasa Yahudi dan Aramaik di dalam Arsip Rahasia Vatikan dan dari tulisan bahasa Slavia kuno di dalam Perpustakaan Kerajaan Hapsburgs (sekarang milik pemerintah Austria). Anda juga dapat membaca versi ringkasan buku-buku ini dengan mengunjungi: http://www.thenazareneway.com/index_essene_gospels_of_peace.htm

Anjuran Yesus mengenai Vegetarisme

Injil Perdamaian Essene: Buku Satu memuat banyak acuan yang dengan jelas mengungkapkan pandangan Yesus mengenai vegetarisme. Sebagai contoh, pada satu bagian Yesus ditanya, “Musa, yang terbesar di Israel, memperbolehkan nenek moyang kami untuk makan daging hewan yang halal, dan melarang hanya daging dari hewan yang haram. Tetapi, mengapa Engkau melarang kami memakan semua daging hewan? Hukum mana yang berasal dari Tuhan – hukum Musa atau hukum-Mu?” Untuk pertanyaan ini, Yesus menjawab, “Tuhan memerintahkan nenek moyangmu: ‘Kamu jangan membunuh’. Tetapi hati mereka menjadi keras dan mereka membunuh. Lalu Musa menginginkan paling tidak mereka tidak membunuh manusia, lalu ia memperbolehkan mereka untuk membunuh hewan. Dan kemudian hati nenek moyangmu bahkan menjadi semakin keras. Mereka membunuh manusia dan juga hewan. Tetapi Aku sungguh-sungguh berkata kepadamu: Jangan membunuh manusia, maupun hewan, dan tidak juga untuk dimakan dan dimasukkan ke dalam mulutmu. Karena jikalau kamu memakan makanan yang hidup, makanan yang sama akan menghidupkanmu, tetapi jikalau kamu membunuh makananmu, makanan yang sudah mati akan membunuhmu juga. Karena kehidupan hanya datang dari yang hidup, dan dari yang mati selalu mendatangkan kematian.”

Yesus kemudian menjelaskan lebih rinci dengan menyebutkan makanan tertentu yang boleh dimakan oleh para pengikutnya: “Karena tubuhmu adalah apa yang kamu makan, dan jiwamu adalah apa yang kamu pikirkan.  Sebab itu, siapkan dan makanlah semua buah dari pepohonan, semua rumput dari ladang, dan semua susu dari hewan liar untuk dimakan. Karena semua ini diberi makan dan dimatangkan oleh api kehidupan; semuanya adalah pemberian dari para malaikat Bunda Semesta kita. Tetapi, jangan makan apa pun di mana hanya api kematian memberikan rasa, karena hal seperti ini berasal dari Iblis. Dengan demikian, makanlah selalu dari meja Tuhan: buah-buahan dari pohon, padi dan rumput dari ladang, susu hewan, serta madu lebah. Karena segala sesuatu di luar ini adalah berasal dari Iblis, dan membawa pada jalan dosa serta penyakit menuju kematian. Tetapi, makanan yang kamu makan dari meja Tuhan yang melimpah, dapat memberi kekuatan dan kesegaran pada tubuhmu, dan kamu tidak akan pernah menemui penyakit.”

Kutipan-kutipan dari kitab Injil Essene ini mendukung pernyataan tegas Guru Ching Hai mengenai asal mula Essene dan warisan vegetarian Yesus: “Yesus adalah vegetarian sejak Ia lahir dan bahkan ketika Ia berada dalam kandungan. Yesus lahir [ke dalam] suatu  keluarga vegetarian, sebuah tradisi vegetarian, tradisi Essene. Hal ini dapat Anda pelajari dalam [sebuah] buku mengenai kehidupan Yesus. Anda seharusnya mempelajari kehidupan Yesus di dalam buku lain yang terpisah, bukan Injil.” Di sini Guru bahkan tampak membuat rekomendasi pada Injil Essene – “buku lain yang terpisah, bukan Injil.”

Meditasi Cahaya dan Suara

Dan juga, seperti yang disebutkan di atas, Yesus mengungkapkan bahwa Ia adalah seorang Guru Meditasi Cahaya dan Suara di dalam naskah Essene. Misalnya, di dalam Injil Perdamaian Essene: Buku Empat – Ajaran Orang-Orang yang Terpilih, Yesus menyebutkan arus Suara batin sebagai berikut: “Karena Aku berkata padamu sesungguhnya, ada Arus Suci Kehidupan yang melahirkan Bunda Alam Semesta dan semua malaikatnya. Tak terlihat Arus Kehidupan ini pada mata Anak Manusia, tetapi Anak Terang diberi rahasia untuk berkomunikasi dengan para malaikat. Dan mata rohmu akan terbuka, dan kamu akan melihat dan mendengar dan menyentuh Arus Kehidupan yang melahirkan Bunda Alam Semesta. Dan kamu akan memasuki Arus Suci Kehidupan, dan Ia akan membawamu dengan kelembutan yang tak terhingga kepada hidup yang kekal di dalam kerajaan Bapamu di Surga.”

Pada naskah yang sama, Yesus membicarakan perlunya untuk menjadi diam atau mencapai tingkat meditatif sebelum mengalami Suara: “Karena pada awal mulanya waktu begitu pula kita semua bersama-sama berdiam di dalam Arus Suci Kehidupan yang melahirkan semua ciptaan. Dan saat matahari tinggi di langit, maka  kamu biarkan Arus Suci Suara memasuki telingamu; karena Ia hanya dapat didengar di dalam keheningan. Renungkan arus yang dihasilkan di padang pasir setelah suatu badai yang datang dengan tiba-tiba dan bunyi air yang bergemuruh saat mereka melintas dengan cepat. Sungguh, ini adalah suara Tuhan. Karena seperti yang tertulis, pada mulanya adalah Suara, dan Suara itu bersama-sama dengan Allah, dan Suara itu adalah Allah. Ia sesungguhnya ada di dalam telinga kita, [tetapi] kita tidak mendengar-Nya. Dengarkan Ia, lalu, dalam kesunyian tengah hari; mandilah di dalam-Nya, dan biarkan irama musik Tuhan berdendang di dalam telingamu hingga kamu menyatu dengan Arus Suci Suara agar [Ia] dapat membawamu pada kerajaan Bapa di Surga yang tak berujung di mana irama alam naik dan turun.”

Selain itu, dalam Ajaran Orang-Orang yang Terpilih Yesus menganjurkan meditasi pada Cahaya: “Pada saat sebelum kamu tidur sebaiknya kamu renungkan bintang-bintang yang terang dan gemerlap, bintang-bintang yang putih, bersinar, jauh di mata dan jauh menembus. Biarkan pikiranmu sebelum tidur berada bersama dengan bintang-bintang; karena bintang-bintang itu adalah Cahaya, dan Bapa di Surga adalah Cahaya, bahkan Cahaya itu ribuan kali lebih terang daripada terangnya seribu matahari. Masuki Arus Suci Cahaya di mana belenggu maut akan kehilangan cengkeramannya untuk selama-lamanya, dan terputus dari ikatan dunia, naik melewati lautan cahaya bintang-bintang, masuk ke dalam kerajaan Bapa di Surga yang tak berakhir. Karena pada awal mula waktu, Hukum Suci berfirman, jadilah Terang, dan Terang itu jadi. Dan kamu akan menjadi satu dengannya, dan kuasa Arus Suci Cahaya  akan memenuhi seluruh tubuhmu, dan kamu akan gemetar karena kekuatan-Nya.”

Akhirnya, dalam meringkas kekuatan Suara dan Cahaya sebagai sumber pokok pembebasan dan pencerahan, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata sesungguhnya padamu, telingamu dibuat tidak hanya untuk mendengar perkataan manusia, nyanyian burung-burung, dan musik dari hujan yang turun, tetapi mereka juga dibuat untuk mendengar Arus Suci Suara. Dan matamu tidak hanya dibuat untuk melihat terbit dan terbenamnya matahari, desir ikatan butiran padi, dan sabda dari gulungan suci, tetapi mereka juga dibuat untuk melihat Arus Suci Cahaya. Masuklah ke dalam Arus Suci, juga Cahaya itu, Suara itu, dan Cahaya itu yang melahirkanmu; agar kamu dapat sampai di kerajaan Bapa di Surga dan menjadi satu dengan-Nya.”

Membaca naskah seperti Injil Perdamaian Essene: Buku Satu dan Injil Perdamaian Essene: Buku Empat – Ajaran Orang-Orang yang Terpilih, yang menghadirkan ulasan masa lampau Yesus mengenai Cahaya dan Suara batin dan pola makan vegetarian dapat membantu menguatkan keyakinan seseorang pada pesan zaman sekarang dari Maha Guru Ching Hai, karena kedua Guru tersebut mengungkapkan bahwa Meditasi Cahaya dan Suara (Metode Quan Yin) dan vegetarisme betul-betul merupakan jalan Tuhan pada pembebasan dan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Baik ajaran Yesus dan Guru Ching Hai menurut gilirannya merupakan bagian dari pesan abadi akan Kebenaran yang diajarkan oleh semua Guru agung sepanjang zaman. Seperti yang Guru katakan, “Dalam beberapa hal, Yesus tidak pernah mati. Yesus bekerja melalui semua Guru sepanjang abad, sepanjang masa, untuk membebaskan dan mencerahkan kita, yang dungu batin, yang masih tertinggal di belakang.”