Pada
tanggal 20 Januari 2003, dalam artikel majalah Time "Bagaimana Pikiran
Dapat Menyembuhkan - Para Dokter dan Ilmuwan Mempelajari Bagaimana
Hubungan Antara Emosi dan Kesehatan," si pengarang menegaskan bahwa
pikiran tampak sangat berbeda dengan tubuh. Bila tubuh disayat, maka
darah akan mengalir keluar. Tetapi bila otak disayat, maka pikiran dan
emosi tidak akan mengalir keluar. Cinta dan amarah tidak dapat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk ditimbang dan diukur.
Filsafat
Barat melihat pembagian metafisika ini sebagai dualisme pikiran-tubuh.
Akan tetapi, banyak tradisi Timur, yang melakukan kontemplasi
(perenungan) ke dalam batin, menghasilkan kesimpulan yang berlawanan,
dan mengajarkan bahwa pikiran dan tubuh merupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Para psikolog dan ahli saraf jaman ini sepakat bahwa
pikiran dan tubuh tidak sedemikian berbeda. Pikiran dan emosi yang
mewarnai realitas kehidupan kita adalah hasil dari interaksi
elektromekanik yang kompleks di dalam dan di antara sel-sel saraf.
Suara-suara khayal pada penderita schizofrenia (sejenis penyakit jiwa)
dan perasaan tak berharga dan membenci-diri pada penderita depresi,
meskipun tampaknya didasari realitas, tidak lain merupakan distorsi
(penyimpangan) dalam elektrokimiawi otak.
Otak
bukan saja serupa dengan bagian tubuh lainnya, tetapi juga mempunyai
jalinan kuat dengan kesehatan seseorang. Apa yang terjadi pada kelenjar
pankreas atau hati dapat berpengaruh langsung terhadap fungsi otak.
Sebaliknya gangguan pada otak dapat mengirimkan gelombang kejut
biokimiawi yang dapat menimbulkan gangguan pada bagian tubuh lainnya.
Otak
dan tubuh, yang dulunya dianggap terpisah satu dengan lainnya, telah
dibuktikan mempunyai hubungan yang rumit dan seimbang, yang secara
terus-menerus saling mempengaruhi sedemikian sehingga kesehatan tubuh
tergantung pada pandangan hidup yang sehat dan positif. Tubuh dapat
bertahan selama bertahun-tahun apabila dipelihara dengan baik, tetapi
jika pikiran tidak dipelihara dengan sama baiknya, maka tubuh dapat
menjadi lemah dan sakit. Karena itu, berpikir positif dan senantiasa
berbuat kebaikan akan menghasilkan aura energi positif yang meresap ke
dalam sel-sel tubuh, menciptakan lingkungan yang seimbang dimana
seseorang dapat tumbuh berkembang baik secara fisik dan rohani.
Untuk melihat detail dari
pokok bahasan yang menarik ini, silakan berkunjung ke situs berikut
ini:
http://www.time.com/time/covers/1101030120/
Harian Pemuda Formosa : Laporan Khusus tentang Hal
Kebaikan dari Anggota Angkatan Bersenjata yang Berbudi Luhur
