Maka hanya Metode Quan Yin yang
logis karena tanpa teka-teki Zen atau sejenis nyanyian, yang hanya akan
menambah lebih banyak pada otak kita. Sebaliknya, kita membersihkannya.
Itu alasan saya mengatakannya kepada kalian bahwa, walaupun saya telah
meminta kalian untuk melafalkan Nama-Nama Suci dan bermeditasi Cahaya,
tidaklah efektif bila Anda tidak berlatih "Meditasi Suara." Karena
dengan menyanyikan Nama-nama Suci dan bermeditasi Cahaya, hal itu juga
menambah hal-hal tambahan; walaupun tambahan-tambahan ini dapat
mengendalikan hal yang lain dan membuat kita melupakan kekesalan
duniawi. Seandainya kita marah dengan seseorang dan ingin membalas atau
memakinya. Sekarang saat kita mengucapkan Nama-Nama Suci, kita
melupakan permusuhan. Artinya kita dapat mengunakan Nama-nama Suci yang
penuh kebajikan ini untuk mengendalikan pikiran-pikiran kita yang
membingungkan dan menghentikannya dari menyusahkan kita. Tidak berarti
mereka lenyap, atau dibersihkan dengan menyanyikan Nama-nama Suci atau
Buddha Amitabha. Tidak! Kita menambah puluhan ribu pengucapan Nama-Nama
Suci setiap hari, untuk mengendalikan pikiran-pikiran yang
membingungkan. Setelah itu, kita harus menggunakan "Meditasi Suara"
untuk menghapusnya, termasuk Nama-Nama Suci! (Tepuk tangan) Saya sangat
gembira kalian dapat mengerti.
Itu sebabnya saya katakan, bila
seseorang tidak berlatih Meditasi Suara setiap hari tetapi mengatakan
bahwa dia telah tercerahkan sempurna atau menjadi seorang Buddha (Guru
Sejati), dia berbohong. Sebagian orang juga mengatakan bahwa saat
seseorang menjadi seorang Buddha, meditasi menjadi tidak perlu. Artinya
tidak melakukan jenis meditasi yang biasa, dimana kita membebani otak
kita dengan menyanyikan Nama-Nama Suci, hanya mengucapkan dua nama dan
melupakan sisanya, atau mengucapkan yang satu dan melupakan empat
lainnya, atau mengucapkan yang pertama dan melupakan yang kelima, atau
berjuang dengan pikiran-pikiran yang membingungkan. "Ya, ampun! Saya
memiliki demikian banyak pikiran-pikiran yang membingungkan. Astaga!
Saya membenci orang itu. Astaga! Buddha Amitabha, Buddha Amitabha. Ya
Ampun! Orang itu sungguh memuakkan. Buddha Amitabha, Buddha Amitabha...
Oh! Saya pasti akan membalasnya besok. Buddha Amitabha, Buddha
Amitabha..." Oh! Suatu pergulatan yang menyakitkan. Ini yang disebut
meditasi karena kita melatih pikiran kita dan menekan pikiran-pikiran,
kebencian dan kebiasaan-kebiasaan kita yang mengganggu.

Tidaklah
benar seseorang tidak bermeditasi setelah menjadi seorang Buddha,
tetapi dia bermeditasi tanpa pergulatan. Dia masih bermeditasi tanpa
harus duduk bermeditasi sehingga kita mengatakan dia tidak bermeditasi.
Sekarang, saat kita bermediatsi, kita mengetahui kita sedang
bermeditasi. Seorang Buddha tidak mengetahui bahwa dia sedang
bermeditasi; dia bermeditasi tanpa bersusah payah. Ini yang Lao Tze
maksudkan dengan "melakukan tanpa melakukan." Dia tidak mengartikan
bahwa kita harus duduk sepanjang hari, melupakan dunia, tidak menangani
Negara, tidak memelihara keluarga, tidak mandi atau mencuci pakaian dan
bahkan tidak makan. Ini bukan "melakukan tanpa melakukan"; tapi menjadi
gila. (Gelak tawa) Maka, saat sebagian orang mengatakan bahwa sekali
kita menjadi seorang Buddha, kita tidak perlu bermeditasi lagi dan
sebagai gantinya kita hanya menikmati berjudi dan bernyanyi karaoke
sepanjang hari, ini menjadi setan. Menjadi seorang Buddha yang negatif
sebagai ganti seorang Buddha seperti Buddha Amitabha.
Maka
saat Anda memperhatikan seseorang yang tidak bermeditasi atau
mengucapkan Nama-Nama Suci, kalian mengerti bahwa dia bebal. Ini hanya
cocok untuk alam Asura terendah; dia tertipu! Seorang Buddha (Guru
Tercerahkan) tidak bermeditasi, tetapi dia bermeditasi. Mengapa? Dia
harus memberkati dunia; dia harus memberkati para muridnya. Bahkan bila
kita manusia biasa dapat memperoleh pahala yang demikian besar dari
meditasi, bayangkan apa yang terjadi saat seorang Buddha bermeditasi.
Dia tidak dapat melalaikan tanggung-jawabnya. Bila seorang Buddha
datang ke sini dan tidak bermeditasi, maka apa yang dia ingin lakukan?
Di samping itu, dia juga perlu mengisi roh dan kekuatan batinnya.
Tidakkah kita merasa nyaman secara jasmani dan bahagia secara batin
saat kita bermeditasi? Walaupun kita tidak memiliki keinginan akan
tingkat-tingkat batin, kita mencapai semuanya dengan sama!
Kita
tidak dapat tetap sehat jasmani dengan hanya makan. Banyak orang makan,
tetapi tubuh mereka lemah. Bagi kita, kita hanya harus bermeditasi
selama satu atau dua jam, dan kita berbahagia dalam roh, dan dapat
bekerja tanpa lelah sepanjang hari. Karena itu, bahkan seorang Buddha
perlu bermeditasi untuk memulihkan kekuatannya. Mengkonsumsi makanan
saja tidak dapat menopang tubuhnya. Bila dia hanya seorang biasa,
sekalipun dia makan banyak, dia masih tidak akan dapat melakukan
tanggung-jawab yang demikian banyak dari seorang Buddha. Karena seorang
Buddha makan sangat sedikit dan harus memanggul demikian banyak
tanggung-jawab, bagaimana dia dapat tidak bermeditasi?
Dia
melakukan meditasi, kecuali bahwa dia tidak berjuang keras seperti kita
melakukan meditasi dengan demikian banyak usaha. Seorang Buddha
bermeditasi dengan suatu cara yang sangat santai. Dia segera masuk
samadhi setelah dia memulai meditasi dan dia dalam samadhi bahkan saat
dia tidak bermeditasi! Dia dalam samadhi dua puluh empat jam sehari dan
dia dapat bermeditasi setiap saat. Ini disebut bermeditasi tanpa
bermeditasi. Olah rohani tidak seluruhnya tentang meditasi. Bahkan dia
masih bermeditasi untuk memberi contoh bagi para muridnya. Jika tidak,
semua orang akan mengira bahwa dia telah menjadi seorang Buddha dan
tidak perlu bermeditasi lagi, tetapi hanya menikmati kesenangan
duniawi. Dalam hal itu, semua orang adalah sama, dan semua orang dapat
melakukannya. Karena tidak perlu bermeditasi, orang-orang malas dapat
juga berkata bahwa mereka telah menjadi Buddha. Suatu alasan yang
sangat bagus! Enak saja!
Ingat,
setelah Buddha Shakyamuni menjadi seorang Buddha, Dia bermeditasi
setiap hari. Itu sebabnya kitab suci menyebutkan bahwa setiap kali
Buddha Shakyamuni keluar dari samadhi, Dia akan mulai memberi suatu
ceramah kepada para muridNya. Mereka tidak pernah menyebutkan Dia
memberi suatu ceramah setelah keluar dari tempat cuci, atau setelah
menikmati karaoke, bernyanyi, menari atau berjudi. Tidak pernah! Karena
itu, membaca kitab suci tanpa sungguh-sungguh memahaminya akan
membahayakan kita. Latihan rohani kita akan terhalang. Kita akan besar
mulut dan haus akan ketenaran dan keuntungan, maka merugikan diri kita
sendiri.