
Ada
seorang petani dari India beserta anaknya sedang bekerja di sawah. Hari
sudah hampir gelap pada saat mereka menyelesaikan pekerjaannya, lalu
petani itu berkata kepada anaknya, "Wah, sudah hampir gelap! Cepat
bereskan peralatan dan bergegas. Mari kita bergegas!"
"Tenang saja.
Kita tidak jauh dari rumah dan kita tahu jalan pulangnya. Mengapa ayah
begitu panik?" tanya sang anak.
"Ada
sesuatu yang tidak kau ketahui. Saya biasanya pemberani. Saya tidak
takut pada harimau ataupun singa. Saya hanya takut pada malam. Saat
malam tiba, saya sungguh tak berdaya. Bagi saya, malam adalah hal yang
paling mengerikan. Saya sangat takut padanya", jawab petani itu.
Kebetulan
pada saat itu ada seekor singa yang bersembunyi di dekat situ dan
mendengar percakapan mereka. "Makhluk seperti apakah yang disebut
'malam' itu? Bagaimana mungkin ia lebih menakutkan daripada saya? Saya
harus mengetahuinya," singa itu merenung sambil terus bergerak
mendekati si petani, berharap dapat mengetahui lebih banyak tentang
'malam' yang bahkan lebih menakutkan daripada dirinya.
Lalu
kegelapan turun dan petani yang rabun itu tidak dapat melihat benda
yang ada di sekitarnya dengan jelas. Ia hanya dapat melihat samar-samar
garis bentuk dari seekor hewan yang mendekatinya, berpikir bahwa itu
merupakan keledai miliknya yang baru-baru ini hilang, dan memukul singa
itu berkali-kali, lalu berkata, "Saya telah mencarimu sepanjang hari.
Kemana saja kamu? Beraninya kau pulang begitu telat?".
"Matilah aku",
singa itu menyesal. "Bagaimana mungkin saya begitu bodoh mendekati
makhluk yang disebut 'malam' itu, yang baru saja memukulku sampai
seperti ini? Sungguh menakutkan. Sekarang apa yang harus saya perbuat?"
Pemikiran itu terus terkilas dalam benak sang singa, sementara si
petani menamparnya beberapa kali lagi, dan memaksa sang singa
untuk pulang bersamanya. Singa yang ketakutan itu dengan patuh
mengikuti petani pulang ke rumahnya.
Keadaan
bahkan lebih gelap saat mereka sampai di rumah. Karena petani itu salah
menganggap singa sebagai keledainya, ia mengikat singa itu di pojok
luar rumahnya sebelum ia tidur. Malam itu, sang singa tinggal di luar
kedinginan, kelaparan, ketakutan dan tetap tidak tahu apa yang
dilakukan oleh sang 'malam' pada saat pagi tiba. Ia percaya bahwa
petani itu adalah sang 'malam'.
Pada
keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, petani itu bangun dan
mengambil "keledainya" untuk dibawa ke sawah. Di tengah jalan, ada
seekor singa yang lain lewat dan melihat hal yang aneh ini; ada seekor
singa yang dengan patuhnya mengikuti seorang petani. Ia kemudian
mendekati singa tawanan itu dan bertanya, "Apa yang sedang kamu
lakukan? Mengapa kamu berjalan di belakang lelaki ini?"
"Ssst!
Kecilkan suaramu dan cepat pergi. Apa kamu tidak tahu kalau makhluk
yang sedang berjalan di depan saya adalah sesuatu yang disebut 'malam'.
Ia sangat mengerikan. Semalam, ia memukul dan membelenggu saya,
membiarkan saya kedinginan dan kelaparan sepanjang malam. Saya tidak
tahu sekarang ia akan membawa saya kemana. Pergilah atau nyawamu berada
dalam bahaya!"
Setelah
mendengar cerita ini, singa yang lainnya berkata, "Kamu sungguh tak
masuk di akal. Kau idiot! Kau adalah seekor singa, raja dari para
binatang! Kamu telah ditipu! Meraung-lah kepadanya sekarang juga dan
kamu akan mengetahui siapa yang lebih mengerikan." Singa itu menerima
sarannya dan meraung dengan keras, jadi petani itu melihatnya lebih
dekat. Sekarang langit sudah terang, ia melihat bahwa itu adalah seekor
singa. Waduh! Ia kabur seperti kilat, dan singa itu bebas kembali.
Moral
dari cerita ini adalah bahwa kita manusia mempunyai kebijaksanaan,
kekuatan dan status yang sangat tinggi. Akan tetapi, jika kita bodoh,
mengikuti Pangeran Iblis, maka kita dikendalikan oleh karma, kita tidak
mungkin terbebaskan. Akan tetapi, jika ada jiwa lain yang mengetahui
siapa dirinya dan tidak takut untuk datang dan mengajar kita apa yang
harus dilakukan, kita dapat dibebaskan. Inilah yang dilakukan oleh
seorang Guru Tercerahkan.
Hal. Selanjutnya >>