
Ada
cerita yang serupa dari Aulac yang akan saya ceritakan.
Ada seorang
petani dan kerbaunya yang bekerja keras membajak sawah. Mereka berdua
kelelahan, tapi karena pekerjaan belum selesai, petani itu
terus-menerus memecut kerbaunya, memaksanya untuk bekerja lebih cepat.
Kerbau itu terengah-engah, dengan air liur yang menetes dari mulut,
lidahnya menggantung dan hampir kehabisan napas. Tapi ia tetap harus
bekerja.
Seekor
harimau sedang berburu makanan dan melihat lelaki dan kerbaunya itu,
tapi ia tidak dapat memutuskan untuk melahap yang mana terlebih dahulu.
Setelah mengamat-amati, ia menjadi heran. "Aneh sekali! Bagaimana
mungkin hal ini terjadi?" Ia memutuskan untuk menunda makannya dan
melanjutkan pengamatan. Kerbau itu begitu besar dan kuat, tapi ia
sangat tunduk pada petani yang kecil dan mematuhi perintahnya. Ia
bahkan tidak berani melawan saat dipecut. Harimau itu keheranan dan
tidak berani ambil resiko karena takut akan misteri yang tersembunyi.
Setelah
beberapa saat, petani itu berhenti untuk beristirahat dan pergi ke
suatu tempat untuk makan dan tidur siang. Lalu harimau itu diam-diam
mendekati sang kerbau, yang sedang beristirahat dan makan beberapa
rumput kering. Harimau itu datang lebih dekat lagi dan
menggeleng-gelengkan kepalanya, berkata kepada dirinya sendiri,
"Kasihan sekali! Ia bekerja begitu keras tapi hanya makan begitu
sedikit. Sungguh saya tidak tega untuk memakannya!" Ia menghampiri
kerbau itu dan bertanya, "Maaf! Saya tidak bermaksud untuk
mengganggumu, tapi saya sungguh harus bertanya. Kamu begitu besar, kuat
dan mempunyai dua buah tanduk yang tajam. Kamu dapat membunuh petani
itu hanya dengan sebuah tendangan. Tapi mengapa kamu tunduk
padanya? Kamu telah bekerja setengah harian. Ia memecutmu dan kamu
tetap terus bekerja. Hanya saat ini saja ia membiarkanmu beristirahat,
tapi ia hanya memberimu rumput kering saja. Binatang macam apa kamu
ini? Mengapa kamu takut kepadanya? Ia lebih kecil beberapa kali
daripadamu!"
"Kamu
tidak tahu! Saya lebih kuat dan besar daripadanya, akan tetapi lelaki
kecil itu mempunyai senjata yang luar biasa", kata sang kerbau. "Saya
tidak mempunyai pilihan selain patuh padanya karena senjatanya sungguh
luar biasa! Jangan bertanya lagi karena kamu membuat saya malu. Kita
tidak mempunyai senjata ini dan itulah sebabnya kita lebih rendah
daripadanya!"
Lalu
harimau itu menjadi semakin penasaran dan berkata, "Oh! Tolong! Tolong
beritahukan saya. Saya tidak pernah mendengar hal tersebut. Saya tidak
pernah berada di sini sebelumnya dan tidak pernah melihat hal seperti
itu!"
Kerbau itu
dengan santai mengunyah rumput, sambil menutup matanya ia berkata,
"Aah! Mengapa kamu harus menanyakan hal tersebut!"
"Saya ingin
belajar. Ini adalah kesempatan yang langka!" Harimau itu memohon dengan
sangat kepada sang kerbau. "Saya mungkin tidak akan menemukan situasi
yang sama seperti ini lagi. Saya biasanya tinggal di atas gunung dan
tidak pernah melihat hal seperti ini. Saya mendapatkan kesempatan untuk
melihat ini semua hanya karena hari ini saya sedang berpetualang
kemari!"
"Karena
kamu sungguh-sungguh ingin tahu, saya akan menceritakannya!" kata
kerbau itu. "Senjata itu adalah kebijaksanaan. Karena manusia mempunyai
sesuatu yang disebut kebijaksanaan ini sebagai senjata mereka, kita
binatang semuanya dikuasai oleh mereka, tak peduli seberapa besar,
ganas atau kuatnya kita. Apa kamu mengerti?"
"Tidak!
Saya tidak pernah mendengarnya!"
"Baiklah!
Cukup!" kerbau itu melanjutkan. "Tolong jangan usik saya dan biarkan
saya tidur siang!"
Harimau
itu lalu mempertimbangkan dalam waktu yang lama, berpikir, "Sebenarnya
senjata macam apakah ini yang begitu hebat? Saya harus melihatnya. Ibu
saya tidak pernah bicara tentang hal tersebut. Jika saya bisa belajar
tentang hal ini, saya akan lebih berkuasa dari siapapun, termasuk
nenek, kakek, ayah, dan ibu saya. Karena mereka tidak mengetahui akan
hal tersebut. Kita tidak pernah diajarkan tentang senjata ini di
sekolah."
Lalu
harimau itu menunggu kembalinya si petani dengan sabar. Walaupun ia
masih ragu, sebelumnya ia tidak pernah ditaklukkan oleh binatang lain.
ketakutan timbul dalam hatinya dan menghasilkan semacam rasa hormat
terhadap manusia. Saat petani tiba, macan itu mengatupkan tangannya dan
dengan penuh hormat bertanya kepadanya, "Saya dengar bahwa Anda
mempunyai sebuah 'senjata kebijaksanaan' yang membuat Anda menguasai
segalanya, termasuk binatang yang besar dan kuat seperti saya. Saya
memohon kepada Anda untuk dapat melihatnya. Saya tidak pernah melihat
benda seperti itu. Selain itu, saya masih ragu dengan apa yang saya
dengar. Tubuh Anda sangat kecil, jadi bagaimana Anda bisa membawa
senjata yang besar itu untuk bisa mengontrol hewan yang sangat besar
seperti kami?"
"Tentu
saja, senjata ini sangat besar dan saya tidak dapt membawanya bersama
dengan saya setiap saat, jadi saya menaruhnya di rumah", kata petani.
"Bisakah Anda
pulang ke rumah dan membawanya kemari supaya saya dapat melihatnya?"
tanya macan itu.
"Tentu saja,
tapi saya kira ini merupakan tipu daya. Anda tidak sungguh-sungguh
ingin melihat senjata saya. Anda hanya ingin saya pulang ke rumah
supaya Anda dapat melahap atau menculik kerbau saya", kata petani.
"Bagaimana jika saya tidak menemukan Anda atau kerbau saya saat saya
kembali membawakan 'senjata kebijaksanaan' yang besar itu dengan susah
payah? Saya tidak akan melakukannya."
Itu
tidak benar. Saya sungguh tulus ingin melihat 'senjata kebijaksanaan'
Anda. Saya belum pernah melihatnya. Oh, tolong! Pulanglah ke rumah dan
bawa benda itu kemari supaya saya dapat melihatnya", harimau itu
memohon. "Sungguh, saya tidak akan menipu Anda. Saya tidak akan melahap
kerbau Anda. Saya akan menunggu Anda di sini."
"Baiklah,
jika Anda ingin saya mempercayai Anda, maka saya harus mengikat Anda di
sebuah pohon sebelum saya pulang untuk mengambilnya. Kalau tidak, saya
takut kalau Anda melakukan kejahatan setelah saya pergi", kata petani
itu.
"Tentu saja,
tidak masalah! Cepat ikat saya", kata harimau itu sambil mengulurkan
kakinya dan membiarkan petani itu mengikat dirinya dengan rotan di
sebuah batang pohon. Dan sebelum petani itu pergi, macan itu bahkan
mendesak si petani, "Tolong cepat kembali!"

Petani itu kembali dengan cepat
dengan sebuah tongkat yang besar. "Inilah kebijaksanaan saya", ia
berkata dan ia membunuh harimau itu dengan tongkat itu.
Kerbau
yang sedang menyaksikan hal itu, tertawa sampai kehabisan napas! Ia
tertawa begitu kencang sampai-sampai kepalanya berguling-guling dan
menghantam sebuah batu yang menyebabkan giginya lepas. Sejak hari itu,
sang kerbau tua tidak mempunyai gigi lagi. Ini merupakan salah satu
cerita dari Aulac, sangat mirip dengan yang sebelumnya, mengenai sang
singa, tapi moralnya tidak terlalu persis.
Oleh sebab
itu, kita manusia sungguh berkuasa atas seluruh binatang. Kita mendapat
kehormatan untuk menjadi raja dari para binatang. Pada mulanya, Tuhan
menyuruh kita untuk mengurus binatang, tapi kita malah mendominasi
mereka. Sayang sekali! Kita sungguh "mendapat kehormatan!" Jadi
inilah cerita kita. Cerita mengenai sang "malam" lebih bagus bukan?
<<Hal. Sebelumnya