Tetesan Air dari Lautan
Cinta Kasih
Rasa
Syukur Bersemi karena Bencana Alam
Oleh Lucky Saint, Virginia, AS (Asal
dalam bahasa Inggris)
Selama melakukan usaha bantuan di Biloxi, Mississippi,
sebuah tim inisiat dan saya berkendaraan melewati seorang pria tua yang
tinggal di bawah terpal plastik di luar rumahnya dalam udara yang
sangat panas dan lembab. Kami kemudian menghentikan kendaraan untuk
membagikan barang-barang bantuan kepada pria itu serta para korban
bencana lainnya.
Ketika barang-barang dibagikan, seorang pria yang lebih muda
yang merupakan teman sekamar orang tua tersebut menyampaikan cerita
tentang penyelamatan dirinya yang mencekam kepada kami. Saat
angin topan menyerang, pria yang lebih tua meninggalkan rumahnya
sementara pria yang lebih muda tetap tinggal, berpikir bahwa mereka
bisa mengatasi badai. Akan tetapi, pada saat rumah tersebut
runtuh, jalan keluarnya hanyalah melalui jendela yang harus
dipecahkan. Setelah berusaha membebaskan dirinya sendiri dari
bangunan tersebut, air sudah melampaui kepalanya. Ia kemudian berenang
ke lantai dua dari rumah yang lain dan mengetuk-ngetuk jendela.
Awalnya pemilik rumah tidak menanggapinya, tetapi setelah beberapa kali
ketukan, akhirnya si pemilik membukakan jendela dan mengizinkannya
masuk.
Ketika air banjir naik dengan cepat, pria tersebut dengan
khawatir bertanya kepada si pemilik rumah, ”Apa yang akan kita lakukan
jika air mencapai tingkat dua?” dan si pemilik dengan tenang
menjawab, “Kita akan memanjat ke atap.” Kemudian pria muda itu
bertanya, ”Bagaimana kalau air naik sampai ke atap?” dan si pemilik
dengan tenang menjawab lagi, “Kita akan memanjat pohon di dekat rumah
itu.” Akan tetapi, menurut siaran radio setempat, air diharapkan
akan turun pada jam 10:00 malam, jadi pria muda itu dengan khawatir
melihat ke jamnya. Dia kemudian memperhatikan bahwa saat itu
sudah pukul 09:00 malam tetapi air masih naik! Untungnya,
menjelang jam 10:00 malam, air itu turun, dan selama beberapa hari
kemudian pria muda itu bertahan hidup dengan mengambil botol-botol air
dan makanan kaleng yang dia temukan mengambang di air.
Si pria yang lebih tua kemudian mengungkapkan bahwa ketika
banjir paling parah sudah berlalu, dia kembali ke rumahnya, tetapi
bangunan itu telah runtuh. Akan tetapi, anehnya, dinding-dinding
dan atap dari rumah tetangganya masih tetap utuh, hanya fondasinya yang
hilang. Beberapa perabotan bahkan masih berada di dalamnya
meskipun semuanya terbalik kesana-kemari dan terendam air garam.
Dan secara menakjubkan, rumah tersebut bukan milik tetangganya tetapi
rumah yang telah dipindahkan oleh banjir yang kuat dari tempat yang
jauh, menyangkut di pagar tetangga dan mendarat di sebelah rumahnya!
Keterangan gambar: Rumah berwarna putih di sebelah kiri
dipindahkan oleh air banjir dan berdiri di sebelah rumah pria tua yang
runtuh.
Setelah mendengarkan cerita mereka yang selamat, kami memberi
mereka barang-barang bantuan, beberapa lampu gas dan uang. Setelah
menerima hadiah tersebut, pria tua itu berterima kasih kepada Guru atas
kebaikan-Nya dan dengan tiba-tiba menitikkan air mata. Melihat
luapan emosi ini, saya pun mulai menangis!
Kemudian setelah seharian berkeliling di jalanan yang sepi di
mana setiap toko tutup, pom bensin dan lampu lalu lintas tidak
berfungsi serta tanah yang penuh dengan reruntuhan bangunan, kami
akhirnya senang saat melihat ada beberapa toko yang mulai buka kembali,
beberapa lampu lalu lintas mulai berfungsi dan beberapa orang mulai
kembali ke kehidupan normal. Pada hari itu saya merenung dan bersyukur,
”Dalam hidup saya, ini adalah saat pertama kali saya benar-benar
menikmati berhenti di lampu merah dan terjebak di kemacetan lalu
lintas!”
~ Laporan Sebelumnya