Liputan Media

 


Bencana Alam Dapat Membantu Mengembangkan Perdamaian di Antara Bangsa-Bangsa

Oleh saudari-inisiat Chiou, San Jose, California, Amerika Serikat (Asal dalam bahasa Inggris)

Bencana alam sering memisahkan orang-orang yang dikasihi, tetapi bencana bisa juga mendekatkan orang-orang dari berbagai budaya dan sudut pandang yang berbeda. Sebagai contoh, gempa bumi yang mematikan pada tahun 1999 di Turki telah mendorong Negara Yunani untuk menolong negara tetangganya. Kedua negara saat itu mengesampingkan perselisihan mereka yang sudah lama untuk membantu para korban. Selain itu, di Negara Indonesia, konflik yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun antara pemerintah dengan para separatis Aceh berhenti ketika Tsunami di Samudra Hindia pada bulan Desember 2004 memporak-porandakan provinsi Aceh. Setelah bencana itu, kelompok-kelompok yang berselisih pada akhirnya menandatangani perjanjian damai.

Baru-baru ini, pada tanggal 8 Oktober 2005, gempa bumi dahsyat menghancurkan daerah Kashmir. Pakistan maupun India berselisih mengenai daerah ini dan masing-masing menyatakan bahwa daerah ini merupakan milik mereka. Namun demikian, saat gempa terjadi, kedua negara bersatu untuk memberi bantuan.

Setelah gempa bumi menimbulkan kerusakan luas di sepanjang daerah tersebut, Pakistan menerima dua puluh lima ton makanan, obat-obatan, tenda, selimut, dan lembaran-lembaran plastik dari India untuk membantu para korban di Azad (yang dikuasai Pakistan) Kashmir. Menurut laporan surat kabar Pan India News tanggal 31 Oktober, Presiden Pakistan, Jendral Pervez Musharraf, menyatakan, “Untuk operasi pertolongan gempa bumi, India dapat mengirimkan segala sesuatunya dalam jumlah berapa pun, sebanyak apa pun dan dalam bentuk apa pun. Kami menginginkan bantuan perbekalan. Kami sudah membuka pusat bantuan pada lima titik di LoC [‘Garis Pengawasan’ atau garis batas de facto antara Kashmir-Pakistan dan Kashmir-India]. Kami berharap siapa pun dari Kashmir dapat datang untuk membawa barang-barang bantuan.”

Perkembangan menjanjikan lainnya yang muncul karena gempa adalah tawaran Israel untuk mengirimkan tim penyelamat serta suplai bantuan ke daerah Kashmir yang terkena gempa. Kashmir merupakan tempat tinggal orang Muslim. Gerakan ini merupakan sebuah langkah menuju dialog positif antara negara Yahudi dengan dunia Islam. Sebagai tanggapan terhadap kemajuan dalam hubungan ini, Pemerintah Pakistan menyatakan bahwa umat manusia harus berkonsentrasi kepada hal-hal yang membantu rekonsiliasi daripada hal-hal yang menuju konfrontasi.

Perselisihan antara umat dari bermacam-macam agama dan kelompok suku terus menimpa banyak orang di seluruh dunia. Tetapi sekarang, saat kita bergerak menuju Zaman Keemasan, perubahan besar sedang berlangsung dan kecenderungan baru tampak muncul dimana individu-individu, kelompok-kelompok, dan bahkan instansi pemerintah secara alami membantu mereka yang membutuhkan. Penanganan birokrasi yang kaku yang menyebabkan keterlambatan pengiriman bantuan telah berkurang dibandingkan dengan dekade-dekade sebelumnya.

Selain itu, dari sejarah, kita dapat mengetahui bahwa paham sempit yang berfokus pada satu aliran saja dapat menyebabkan konflik antar bangsa. Akan tetapi, melalui kasih dan karunia Tuhan; berbagai agama, budaya, dan pemerintahan di penjuru dunia mulai bergandengan tangan lagi. Perubahan ini sangat penting untuk menyelamatkan peradaban dan memperbarui lingkungan Bumi untuk generasi mendatang. Untuk menunjukkan sikap tercerahkan dan keinginan untuk membuat negaranya menonjol di panggung dunia, Presiden Musharraf mengatakan, “Waktunya sudah tiba bagi perkembangan Kashmir: Saya menghendaki demiliterisasi.”

Referensi:
http://archive.wn.com/2005/10/31/1400/panindianews/
http://www.gulf-news.com/Articles/WorldNF.asp?ArticleID=189544
http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/4327008.stm
http://www.cfr.org/publication/9006/indiapakistan.html#1