Selamatkan Planet Kita

 

 

Penelitian Terbaru: 51% Emisi Gas Rumah Kaca Berasal dari Industri Peternakan

Oleh Grup Berita A.S (Asal bahasa Inggris) 

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan pada buletin World Watch Magazine edisi bulan November, telah menyimpulkan bahwa produksi daging peternakan dan produk terkaitnya telah berkontribusi sekitar 51 persen terhadap pemanasan global. Pengarang Dr. Robert Goodland, seorang mantan pemimpin penasihat lingkungan Bank Dunia, dan Bapak Jeffery Anhang, seorang staf peneliti Bank Dunia, telah membuat penelitian lebih lanjut akan laporan tahun 2006 yang berjudul “Bayangan Panjang Peternakan” oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Setelah meninjau ulang secara langsung maupun tidak langsung akan sumber-sumber emisi gas rumah peternakan, mereka kemudian melakukan penelitian ke daerah-daerah yang belum pernah diperkirakan dan dijangkau sebelumnya oleh orang lain. Berikut adalah kutipan data dari penemuan-penemuan mereka.

 

 

Jenis-Jenis Emisi Gas dari Peternakan (jumlah dalam jutaan ton per tahun)

 

 Jumlah Emisi Gas Tahunan (CO2 e) 

 Jumlah Persentase Total di Seluruh Dunia

Jumlah Perkiraan FAO                                     7,516                     11.8% *

Jumlah Perkiraan Tambahan oleh Goodland dan Anhang:

Pernapasan Ternak                                           8,769                      13.7%

Penggunaan Lahan yang Berlebihan                 ≥2,672                       ≥4.2%

Efek Gas Metana Dihitung Rendah                   5,047                          7.9%

Kategori Lainnya yang Diabaikan                    ≥5,560                       ≥8.7%

Kategori Salah Alokasi                                   ≥3,000                       ≥4.7%

Total GHG from livestock products                 ≥32,564                  ≥51.0%

* Ketika jumlah tambahan yang dihitung oleh Goodland dan Anhang ini ditotalkan dengan jumlah emisi gas di seluruh dunia, maka ia sebenarnya akan menjadi 18% bukan hanya 11,8% dari 7,516 juta ton gas CO2 seperti yang diperkirakan sebelumnya oleh FAO

Pernapasan Ternak

FAO sama sekali tidak menghitung produksi gas CO2 dari pernapasan hewan peternakan. Goodland dan Anhang menyimpulkan bahwa peternakan seperti halnya kendaraan: yang pada dasarnya diciptakan manusia untuk “kenyamanan” kita tapi tidak untuk kelangsungan hidup. Jika kita mengukur emisi gas langsung dari kendaraan, maka kita juga harus mengukur emisi gas langsung dari peternakan, dimana mereka berdua memperkirakan totalnya sekitar 8.769 juta ton gas CO2 atau 13,7% dari emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia.

Penggunaan Lahan yang Berlebihan

Karena semakin bertambahnya pertumbuhan industri peternakan, maka semakin banyak pula tanah hutan tropis yang dialihkan menjadi petak-petak kandang yang sangat besar untuk menggembala ternak atau petak-petak kecil untuk menanam pakan ternak. FAO hanya menghitung jumlah emisi dari perubahan awal dari penggunaan lahan tapi jumlahnya tidak sebesar jumlah potensi penyerapan karbon oleh pohon-pohon dimana potensi penyerapan ini telah hilang karena konversi lahan tersebut. Goodland dan Anhang memperkirakan potensi penyerapan karbon dari pohon-pohon ini sebesar 2.672 juta ton gas CO2, atau sebesar 4,2 % emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia.

Efek Gas Metana yang Dihitung Rendah

Potensi ledakan Gas Metana akibat pemanasan global adalah 72 kali lebih besar dari gas CO2 (sekitar lebih dari 20 tahun) atau 25 kali lebih besar dari gas CO2 (sekitar lebih dari 100 tahun). FAO memperkirakan bahwa jumlah emisi gas peternakan adalah 3,7% dari total emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia, dengan menggunakan teori potensi lama yaitu sebesar 23 kali lebih dari gas CO2 (sekitar lebih dari 100 tahun). Namun, Goodland dan Anhang yakin bahwa jika menggunakan teori potensi sekitar 20 tahun, maka hasilnya akan lebih tepat karena pengaruh dan gangguan gas metana setelah diledakkan akan hilang dalam 20 tahun, serta gangguan iklim yang ekstrem juga diperkirakan akan berlangsung selama 20 tahun jika tidak ada hasil dari tindakan pengurangan gas rumah kaca. Karenanya mereka memperkirakan bahwa dampak emisi gas metana dari peternakan akan menjadi sebesar 11,6%, atau bertambah 7,9% dari angka 3,7% seperti yang diperkirakan oleh FAO sebelumnya.

Kategori Lainnya yang Diabaikan

Goodland dan Anhang memperbarui dan mengoreksi kembali beberapa data analisis perkiraan FAO. Misalnya, mereka meninjau kembali jumlah emisi produksi ternak di seluruh dunia dari tahun 2002 hingga tahun 2009 yang ternyata telah meningkat sebesar 12%; dan juga mereka mengoreksi jumlah produksi ternak unggas di seluruh dunia pada tahun 2002 dengan jumlah yang sebenarnya yaitu dari 33,0 juta ton menjadi 72,9 juta ton. Mereka juga menghitung kembali jumlah produksi di negara-negara sedang berkembang yang ternyata efisiensinya lebih berkurang dari yang dilaporkan oleh FAO. Kategori tambahan emisi gas rumah kaca ini bertambah sekitar 5.560 juta ton gas CO2 atau sejumlah 8,7% emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia.

Kategori Salah Alokasi

Goodland dan Anhang juga menemukan jumlah kontribusi emisi dari sektor selain peternakan yang diabaikan dan tidak dihitung oleh FAO. Ini termasuk di negara Argentina, dimana FAO mengabaikan pengaruh terkait peternakan terhadap penebangan hutan; untuk pembuatan keramba ikan, dimana FAO tidak mendefinisikan peternakan adalah penyebabnya; florokarbon yang dibutuhkan untuk mendinginkan produk-produk hasil peternakan; penyakit zoonotic (misalnya flu babi) dan penyakit lainnya akibat produk hewani, misalnya penyakit jantung dan kanker, dimana ini memerlukan perawatan intensif karbon; emisi dari proses penjualan produk-produk peternakan; dari produksi, distribusi, dan penjualan produk-produk sampingan seperti kulit sapi, bulu ayam, kulit dan bulu hewan untuk pakaian, plus kemasannya; dan juga untuk memasak daging, dimana pada umumnya diperlukan energi yang sangat besar dan waktu yang lebih lama dibanding biasanya. Jumlah emisi ini bertambah sekitar 3.000 juta ton gas CO2, atau 4,7% emisi gas rumah kaca tahunan di seluruh dunia.

Berdasarkan penelitian mereka, Goodland dan Anhang menyimpulkan bahwa mengganti produk-produk hewani dengan produk yang berbasis kacang kedelai dan bahan-bahan alternatif lainnya akan menjadi cara ampuh untuk menghentikan perubahan iklim. Mereka menulis, “Tindakan ini akan berpengaruh lebih efektif untuk mengatasi emisi gas rumah kaca dan konsentrasi emisi gas peternakan di udara – karena emisi gas itu juga yang membuat iklim semakin menghangat – daripada tindakan kita dalam mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi yang terbarukan.”

Goodland dan Anhang yakin bahwa pendekatan ini tidak hanya akan meraih sukses lebih cepat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca tapi juga dapat membantu mengurangi krisis pangan global, dimana hasil panen yang berkalori tinggi ini akan lebih banyak digunakan untuk memberi makan manusia alih-alih dijadikan pakan ternak. Mereka juga yakin bahwa produk-produk alternatif pengganti daging ini dapat membantu mengurangi krisis air global, karena penggunaan air untuk produksi peternakan akan dihentikan, serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan keterampilan kerja karena produk-produk pengganti daging ini akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dibanding dalam memproduksi hasil peternakan.

Penghargaan kami yang tulus kepada Dr. Goodland, Bapak Anhang, para ilmuwan yang berpartisipasi, dan Institut World Watch, atas hasil penelitian Anda yang membuktikan bahwa konsumsi daging adalah kontribusi utama dan terbesar pada emisi gas rumah kaca dunia. Semoga kita semua akan lebih cepat beralih dari produk-produk hewani ke produk-produk alternatif vegan yang ramah lingkungan untuk melestarikan ekosfer kita dan seluruh kehidupan.

Sumber: “Peternakan dan Perubahan Iklim”, Majalah World Watch http://www.worldwatch.org/node/6294

Untuk menyaksikan tayangan khusus Supreme Master Television mengenai “Daging dan Pemanasan Global: Menyingkap Kebenaran untuk Menyelamatkan Bumi, silakan kunjungi: http://video.godsdirectcontact.net/magazine/AW1147s.php