Segera setelah diinisiasi, saya
ingin sekali mencapai kebuddhaan. dan pada salah satu percakapan dengan
Guru pada periode itu, saya ingat perkataan Beliau, "Bermeditasi dengan
saya untuk satu hari sama dengan bermeditasi di rumah selama tiga
tahun." Jadi menyadari manfaatnya yang begitu besar, saya
berangkat ke Sindian, ke tempat Guru berada saat itu, untuk mengikuti
meditasi kelompok apabila memungkinkan. Suatu hari, dalam perjalanan
menuju kediaman Guru, saya menemui kejadian dimana pintu masuk
menuju tempat Beliau tidak ada belnya dan berada di sebelah bawah
jalan yang miring, kira-kira 200 meter dari rumah yang dituju. Lagi
pula, tidak ada satu orang pun di dalam rumah yang bisa mendengar
suara tamu walaupun ia berteriak sekeras-kerasnya pada pintu masuk
tersebut karena terganggu oleh suara air gemuruh di dekatnya.
Bagaimanapun juga, saya berpikir, "Karena saya sudah tiba di sini, maka
saya pasrah saja! Suatu keajaiban mungkin akan terjadi."
Kemudian, pada saat sampai di pintu
masuk, pintu itu langsung dibukakan oleh adik perempuan saya, yang
menjadi pelayan dan penghuni tetap di sana. Dengan penuh keheranan saya
berkata kepadanya, "Pasti Guru yang memberitahu keberadaan saya di
sini!" Dia menjawab, "Benar! Guru berkata, "Kakak perempuanmu datang.
Pergi dan bukakan pintu!" Saya mungkin saja harus berada di luar
sepanjang hari, tetapi kenyataannya Guru selalu dapat berkomunikasi
secara batin dengan murid-muridNya dengan cara seperti ini.