Antara Guru dan Murid
|
Rahasia Komunikasi Dua Arah |
Oleh saudari inisiat Lilian di Inggris
(Asal bahasa China)
Sebelum berangkat retret ke Center St.Martin,
saya berencana untuk ikut dalam salah satu tim pekerja manapun yang
membutuhkan bantuan. Sesampainya di sana, saya didekati oleh oleh seseorang
yang berkata bahwa saya mungkin dibutuhkan untuk menjadi penerjemah ketika
Guru berceramah. Saya ragu-ragu, karena saya tidak pernah melakukan tugas ini
sebelumnya dan percaya pasti ada orang lain yang lebih cocok daripada saya.
Lagi-lagi saya terkejut didekati oleh saudari lain yang mengajukan hal yang
sama. Pada saat itulah saya merasa harus melaksanakan tugas tersebut, dan saya
juga mulai merasa panik. Lalu saya berdoa dengan sunguh-sungguh, meminta
kepada Tuhan untuk diberikan keberanian dalam menghadapi tantangan ini.
|
Di sore harinya, saya diminta bersiap-siap di
ruang penerjemah. Pada saat tengah malam, Guru datang ke ruang meditasi dengan
anjingnya – Hermit. Guru mulai menceritakan kisah dari China dengan santai.
Saya yang duduk di ruang penerjemah yang bising hanya melihat Guru dari layar
sambil semaksimal mungkin berusaha untuk memahami setiap kata dan kalimat-Nya
sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa China. Lalu sesuatu yang aneh terjadi!
Saya mulai merasa menjadi satu dengan Guru dan kata-kata Guru seperti
dikirimkan dalam betuk gambaran ke dalam pikiran saya. Semua keributan di
ruangan penerjemah segera menghilang dan rasanya ada komunikasi rahasia dua
arah antara Guru dan saya. Sepanjang ceramah-Nya, Guru menjelaskan lebih jauh
di sana sini agar para hadirin lebih memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Selama proses penerjemahan, Guru sebenarnya mengurus segalanya, sedangkan saya
hanya perlu mengikuti prosedurnya saja.
Pengalaman yang berharga ini telah membuat
saya memahami banyak hal. Salah satunya adalah kita tidak perlu ragu-ragu
ketika kita diberikan tugas yang benar dan berguna bagi orang lain meskipun
kita merasa kurang berpengalaman dan percaya diri. Kita seharusnya menghadapi
tantangan itu dengan keberanian di bawah bimbingan Tuhan. Sebenarnya saya
ingin menghindar dari tugas penerjemah yang mulia ini karena saya meragukan
kemampuan saya. Ini sebenarnya permainan ego, karena perasaan khawatir dan
kurang percaya diri dapat menjauhkan saya dari Tuhan. Saya juga mulai memahami
bahwa di mata Guru, kita adalah bagian dari Dirinya. Kita semua sempurna. Guru
tidak pernah mendikte atau memberikan tugas yang tidak berdasarkan kemampuan
kita. Dengan kata lain, Guru selalu menggunakan setiap kesempatan untuk
memberikan kita suatu pengalaman Kebenaran yang tak ternilai, yaitu kita semua
satu dengan Guru. Tiada kata yang dapat mengungkapkan rasa syukur saya kepada
Tuhan atas pelajaran yang berharga ini!
|
|
|