Saya bekerja pada sebuah restoran
vegetarian di Paris, dimana semua pengurusnya adalah rekan-rekan
inisiat. Pada malam hari tanggal 28 Desember 2002, pengurus restoran
yang tinggal jauh dari restoran seperti biasanya pulang kerja sebelum
saya. Dan setelah pelanggan terakhir telah selesai makan dan pulang,
saya menurunkan pintu rol di depan restoran sampai setengahnya,
menunjukkan bahwa jam kerja sudah berakhir, dan kami telah berhenti
melayani pelanggan. Kemudian saya membereskan perlengkapan makan,
membersihkan meja, menutup pembukuan dan bersiap untuk pulang ke rumah.
Sebelum pulang, tiba-tiba saya
teringat bahwa saya harus menelpon seorang teman, sehingga saya pergi
kembali ke meja kasir, menelpon dia. Pada saat saya sedang berbicara
dengan teman saya, empat pemuda, kira-kira berumur enam belas atau
tujuh belas tahun, dengan tiba-tiba merangkak masuk dari bagian bawah
pintu yang separuh terbuka. Saya berkata kepada mereka, "Maaf, kami
sudah tutup!" tetapi mereka tidak menghiraukan kata-kata saya dan
berjalan terus mendekati saya. Dua dari mereka berhenti di depan meja
kasir, sementara orang ketiga menghampiri mesin kasir. "Apa yang kamu
inginkan?" Tanya saya. Pada waktu itu, orang keempat ada di belakang
saya dan mencekik leher saya dengan lengannya. Dia juga menutup mulut
saya dengan tangan lainnya dan berteriak kepada komplotannya: "Ambil
laci kasir! Ambil laci kasir!"
Ketika saya melihat para penyelusup
itu masuk, saya sudah punya perasaan bahwa mereka tidak datang untuk
makan. Dan sementara saya dalam tawanan, saya hanya mempunyai satu
pikiran dalam benak: "Paling-paling, saya akan mati!" Saya menutup mata
secara alamiah dan berpikir mengenai Guru, seperti pada saat meditasi
setiap hari. Hati saya merasa tenang dan damai serta tubuh saya santai,
menunggu kejadian yang terburuk. Namun, dalam beberapa detik, bahkan
sebelum saya punya waktu untuk mengucapkan Nama-Nama Suci, suatu
keajaiban terjadi! Saya dilepaskan, pemuda yang telah menarik laci
kasir meletakannya di bawah, dan empat perampok itu dengan tergesa-gesa
kabur tanpa mengambil sesenpun!
Ini adalah suatu kejadian nyata
yang berakhir kurang dari tiga menit dan orang biasa sukar
mempercayainya, kecuali para praktisi Quan Yin, itu hanyalah satu dari
tidak terkira banyaknya keajaiban Guru.
Malam itu, setelah kejadian, saya
sungguh-sungguh bersyukur. Saya berterima kasih kepada Daya Kuasa Guru;
Saya berterima kasih kepada Metode Quan Yin; bahkan saya berterima
kasih kepada empat pemuda yang telah berusaha merampok saya. Terima
kasih atas usaha mereka, saya telah mengalami sesuatu hal yang sangat
mirip dengan "melakukan tanpa melakukan." Guru pernah berkata, "Metode
Quan Yin juga merupakan sejenis seni bela-diri. Dengan seni bela-diri
ini, kita dapat menaklukkan segala macam kekuatan negatif di dalam dan
di luar diri kita sendiri". Saya kagum pada Daya Kuasa yang ajaib dari
seni bela-diri luar biasa ini, yang tidak hanya menyelamatkan saya dari
bahaya, tetapi juga secara menakjubkan mengubah diri saya dari dalam.
Sebelum inisiasi, emosi saya tidak
stabil, mudah menjadi tidak sabar atau kesal, dan takut terhadap
bencana alam maupun kematian. Beberapa kecelakaan yang tidak
terduga akan mengakibatkan saya menjadi sangat takut sekali. Dan ketika
Guru meng-inisiasi saya sepuluh tahun yang lalu, saya sudah berumur
empat puluh tujuh tahun, suatu usia dimana sukar bagi saya untuk
mengubah kepribadian dan kebiasaan saya. Meskipun demikian, pada saat
yang penuh bahaya selama upaya perampokan itu, reaksi dan akal sehat
saya membuat saya sadar akan perubahan yang sangat besar pada kesadaran
saya. Saya tidak mengalami rasa ngeri atau takut dan tidak berontak
atau melawan. Saya memikirkan kematian, tetapi itu bahkan membuat saya
lebih tenang. Di samping itu, pada saat itu, saya tidak berharap untuk
memperoleh bantuan dari luar. Dari pada itu, saya secara naluri berdoa
untuk mohon pertolongan dari Guru Batin dan Metode Quan Yin.
Demikianlah, saya akhirnya menyadari bahwa sangat sulit untuk menemukan
suatu bentuk bela-diri yang lebih baik dari pada Metode Quan Yin.
Selama bertahun-tahun, hari demi
hari, saya telah mengabdikan diri saya untuk pengolahan-diri dan
meditasi. Akhirnya sekarang saya telah melihat banyak hasil yang
membesarkan hati. Betapa saya menginginkan agar pencapaian spiritual
yang tidak berarti ini dapat berubah menjadi kertas tisu yang halus dan
lembut untuk menyeka airmata yang tak terhitung dari wajah Guru yang
diteteskan bagi kita. Saya juga berharap agar hal itu dapat mengubah
diri saya menjadi sepasang tangan yang cekatan untuk memijat punggung
Guru supaya dapat menghilangkan sakit dan penderitaanNya. Akhirnya,
saya berharap dapat berubah menjadi melodi yang merdu untuk
menyenangkan hati Guru, yang terus menerus diletihkan oleh
murid-muridNya yang tak sempurna.