Liputan Media

 

Harian Apple, Hong Kong, 6 Januari 2005

Hanya Tubuh Tak Bernyawa yang Dapat Dilihat Selama Berjam-jam



(Asal dalam bahasa Cina) 
oleh reporter Harian Apple di Indonesia

[Laporan Staf] Adegan yang menggugah hati dan penuh deraian air mata telah menjadi pemandangan sehari-hari di bandara Medan, Indonesia, ketika para pengungsi dari provinsi Aceh yang terkena bencana tsunami bertemu dengan sanak keluarga mereka.

Sejak tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, banyak tempat di Aceh yang terputus dari dunia luar, sehingga pasokan bantuan belum mencapai para korban. Bagi para sukarelawan yang membagikan bantuan pertama ke daerah yang terkena bencana, pemandangan mengerikan bagaikan hari kiamat itu akan tetap tinggal dalam ingatan mereka.

Bapak Hardi Li, seorang warga keturunan Cina kelahiran Medan yang merupakan seorang pekerja asuransi, adalah juga seorang anggota dari kelompok spiritual yang dikenal sebagai Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai, cabang Indonesia. Bapak Li berkata bahwa pada tanggal 27 Desember, sehari setelah bencana tsunami, yayasan tersebut membagikan kurang lebih lima ton bahan bantuan; termasuk makanan, pakaian, dan obat-obatan ke Lhokseumawe yang terletak antara Medan dan Aceh. Bapak Li dan beberapa tenaga sukarelawan segera membawa bahan-bahan tersebut ke daerah yang terkena bencana dengan menggunakan truk.

"Tingkat keparahan bencana tersebut melampaui imajinasi seseorang,” kata Bapak Li. Tiga puluh menit setelah tim bantuan memulai perjalanan mereka ke Aceh, mereka melihat mayat-mayat dan beberapa orang yang selamat di sana-sini. Dengan segera mereka turun dari kendaraan, menyiapkan bahan-bahan bantuan untuk didistribusikan, tetapi para korban bencana tersebut menolak pemberian itu, malahan menyuruh mereka segera ke Banda Aceh, di mana situasinya diyakini lebih parah.

Kejutan Saat Melihat Seseorang Hidup

Kelompok tersebut tiba di Aceh pukul 10 malam dan keadaan pada saat itu gelap gulita. Kemana pun mereka menyorotkan lampu truk, mereka hanya melihat mayat-mayat yang terbaring di jalan-jalan, terjuntai di atap rumah dan pohon-pohon. Pencarian tidak berhasil menemukan tanda-tanda kehidupan. Mereka hanya dapat melanjutkan pencariannya. Kira-kira pukul tiga dini hari, saat bulan bersinar dengan terangnya, cahaya itu menyinari tumpukan-tumpukan mayat tak bernyawa.

Setelah mengendarai selama setengah jam berikutnya, mereka menemukan lima atau enam orang yang selamat. Kehadiran dari tim bantuan - yang tak terduga dan yang menawarkan bantuan - merupakan kejutan bagi orang-orang tersebut. Mereka kemudian membawa para pekerja tersebut ke sebuah rumah kecil, dan di sana mereka menemukan puluhan korban bencana lainnya. Banyak di antara mereka yang terluka. Tim bantuan segera meminta bantuan pada tentara, meminta bensin dan dengan segera membawa korban terluka ke bandara dengan menggunakan truk tentara. Bagi Bapak Li Jian, pemandangan mengenaskan yang ia saksikan selama perjalanan ke Aceh itu akan terpatri selamanya di dalam benak.


Liputan Media:

Harian Apple, Hong Kong
Harian Berita Medan, Indonesia
Indra Keenam Hewan Menyelamatkan Mereka dari Tsunami di Asia Selatan
Hewan-Hewan Menunjukkan Rasa Simpati - Seperti Halnya Manusia, dalam Menyelamatkan Para Korban Tsunami
Keputusasaan Setelah Bencana Berubah Menjadi Harapan