Kasih Dalam Tindakan
Laporan dari Indonesia
Guru dengan Cepat
Membantu
Korban Bom Bali
Oleh Grup Berita Jakarta (Asal dalam bahasa Indonesia)
Sore hari tanggal 1 Oktober
2005, telah terjadi pengeboman di Pulau Bali. Inisiat setempat yang
mendengar kabar tentang insiden tragis ini dengan segera menghentikan
sesi meditasi malam mereka dan membentuk 3 tim bantuan untuk memberi
bantuan kepada para korban.
Akan tetapi, setelah sampai di tempat
kejadian, para pekerja melihat bahwa banyak polisi dan sukarelawan
telah diorganisir. Mereka merasa bahwa semua sudah ditangani dengan
efisien. Karena itu, mereka memutuskan untuk kembali ke Center Bali
untuk melanjutkan meditasi. Tetapi, dalam perjalanan pulang, mereka
mendengar siaran radio setempat bahwa donor darah diperlukan untuk
membantu korban yang luka. Karena itu, para inisiat memutar arah menuju
rumah sakit di Sanglah di mana sebagian besar korban dirawat.
Ketika mereka tiba di rumah sakit, para
saudari dan saudara inisiat segera menuju meja pendaftaran untuk
donor darah. Akan tetapi, karena mereka semua adalah keturunan Asia,
tipe darah mereka bukanlah tipe yang sangat diperlukan karena
rumah sakit sudah memiliki cukup persediaan. Mereka kemudian bertanya
kepada dokter, apakah ada hal lain yang dapat mereka lakukan untuk
membantu para korban. Mereka pun diberitahu bahwa rumah sakit sangat
memerlukan obat-obatan untuk lima belas orang pasien.
Maka, para inisiat mencoba berkali-kali
untuk membeli obat yang diperlukan di apotek lokal, tetapi ditolak.
Kemudian, saat mereka hampir menyerah, mereka berbalik kembali ke
apotek. Kali ini mereka kembali dengan mengulang Nama-Nama Suci. Dengan
bantuan Guru, apoteker tersebut langsung memberi mereka obat yang
diperlukan tanpa ditanya lagi.
Setelah mengantar perbekalan obat yang
sangat diperlukan di rumah sakit, para inisiat kembali menuju Center
Bali untuk bermeditasi. Kemudian, kira-kira 3 jam berikutnya, mereka
kembali ke rumah sakit untuk menanyakan apakah mereka dapat membantu
lebih lanjut. Saat itu, jumlah korban bertambah menjadi lima puluh tiga
orang. Untungnya, dokter di rumah sakit itu telah memiliki cukup obat
karena donasi yang diberikan para inisiat sebelumnya!
Melalui usaha bantuan terhadap korban
bom bulan Oktober 2005, para inisiat Bali menyadari bahwa Guru dengan
cepat dapat membantu korban yang sedang memerlukan dengan cara yang
halus. Tanpa kekuatan Guru yang tiada batasnya, anggota regu penolong
tidak akan bisa menyelesaikan misi mereka.♥
|