Laporan dari Amerika
Serikat
Keluarga Quan Yin
Segera Menghadirkan Kasih Guru
kepada Para Korban Badai Katrina
Disusun oleh Grup Berita Amerika
Serikat (Asal dalam bahasa Inggris dan Vietnam)
Pada hari Senin tanggal 29
Agustus 2005, Badai Katrina, salah satu bencana alam yang terburuk
dalam sejarah Amerika Serikat, melanda Mississippi, Louisiana dan
Alabamba dengan kecepatan angin 225 km/jam (140 mil/jam) dan ombak
setinggi 9 m (30 kaki). Pada garis pantai di negara bagian ini, banyak
rumah yang rusak atau hancur total oleh angin yang sangat kuat. Namun
demikian, aspek yang paling menghancurkan dari badai adalah banjir.
Bendungan di New Orleans, Louisiana, pecah dan delapan puluh persen
dari kota itu terendam air.
Nasihat Guru Membawa Keselamatan
Pada tahun 1996, Guru menginstruksikan para inisiat di
center-center di seluruh dunia untuk mengikuti kursus pertolongan
bencana alam dan membeli alat walkie-talkie dan perlengkapan darurat.
Untungnya, banyak center di Amerika Serikat mengikuti instruksi-Nya
yang bijak dan upaya mereka bermanfaat dalam misi pertolongan Badai
Katrina yang didukung oleh para murid dari beberapa negara bagian.
Misalnya, saat tim pertolongan memasuki area di mana ponsel tidak dapat
bekerja, mereka bergantung pada walkie-talkie untuk berkomunikasi.
Dan hebatnya, dua hari sebelum kejadian itu, Maha Guru Ching
Hai dengan penuh kasih menginstruksikan kepada center di seluruh dunia
untuk “selalu di masa depan” melaporkan semua bencana dan permintaan
bantuan.
Keluarga Quan Yin dengan Seketika
Membentuk Tim Pertolongan
Setelah para inisiat dari Center Houston dan Florida
menyaksikan kekacauan yang disebabkan oleh Badai Katrina di televisi,
mereka membentuk sebuah misi pertolongan bersama, dan saat badai itu
menerjang Mississippi, sebuah tim dengan cepat dikirim dari Florida.
Saat di jalan utama, para pengikut dari center Florida memberitahu tim
peninjau mereka bahwa ada seorang saudara yang tinggal di Gulfport,
Mississippi, tepat di dekat badai itu. Karena angin yang bertiup
termasuk dalam kategori 5 (≥156 mil/jam atau ≥250 km/jam), maka ponsel
para inisiat tidak dapat bekerja. Namun demikian, alamatnya berhasil
ditemukan dengan melakukan pencarian direktori di Internet. Alamat
tersebut dikirimkan kepada tim tepat sebelum mereka memasuki area itu.
Kemudian, melalui pegaturan Guru, tepat saat sebelum ia akan
mengungsi, tim bertemu dengan saudara itu di rumahnya yang terletak
tepat di luar garis pasang badai tersebut dan masih berdiri. Saudara
itu dengan rela menawarkan rumahnya sebagai markas tim dan memimpin
para inisiat ke lingkungan yang terkena paling parah di Gulfport untuk
mendistribusikan kebutuhan-kebutuhan. Pada saat itu tidak ada agen
pertolongan lain yang beroperasi di area-area ini.
|
|
Di depan rumah saudara sepelatihan di Gulfport, yang
dijadikan markas tim pertolongan, para inisiat mengorganisir dan
menimbun perbekalan untuk didistribusikan.
|
Sementara itu, pada hari Kamis petang tanggal 31 Agustus, tiga
inisiat dari Ohio dan Arizona mengangkut roti, sandwich, selai kacang,
air, senter, popok, tisu bayi, perlengkapan wanita dan barang-barang
lainnya dalam sebuah minivan (mobil gerbong kecil) dan dengan segera
beranjak ke Louisiana.
Para Inisiat Bersatu untuk Mengupayakan
Pertolongan Berteknologi Tinggi
Saat tim pertama sedang bekerja, murid-murid lain dari
center-center di Amerika Serikat seperti Florida, Oregon, Virginia,
Texas, Maryland, Ohio dan Indiana segera mulai membantu. Jadi, sekitar
100 inisiat dari 14 negara bagian ikut berpartisipasi.
|
Aliran Badai Katrina (garis kuning putus-putus) dengan
berbagai rute yang digunakan tim penolong untuk memasuki daerah
bencana dari negara-negara bagian yang berbeda (anak panah berwarna
cokelat kopi)
|
Masalah komunikasi yang serius menjadi kendala karena
ponsel-ponsel tidak dapat beroperasi. Grup yang pertama turun memiliki
enam ponsel tetapi mereka sudah beruntung bila masih dapat menerima
satu sinyal saja pada waktu tertentu. Kebetulan, seorang saudara sedang
mengerjakan sebuah sistem database online tepat sebelum badai itu
melanda dan dengan cepat mengubahnya menjadi situs web pertolongan
badai di mana informasi terkini tentang berbagai tim bisa ditampilkan.
Para tim pertolongan juga memiliki laptop dengan kemampuan internet
nirkabel yang sangat berguna untuk mengambil data tentang area-area
yang terkena bencana, daftar posko-posko pemerintah yang terkini dan
foto-foto satelit. Teknologi lainnya yang dipakai para inisiat adalah Global Positioning System (GPS) -
sebuah alat navigasi satelit yang dipakai untuk menentukan letak
seseorang dengan tepat dan menyediakan referensi waktu yang akurat di
mana pun kita berada. Di area Gulfport-Biloxi, banyak papan nama
jalanan yang rusak sehingga para pekerja pertolongan menggunakan
penerima GPS yang sangat mudah dibawa, yang dihubungkan dengan ponsel
untuk menentukan lokasi mereka. Mereka juga menaruh tanda untuk
lokasi-lokasi di map GPS di mana mereka ingin kembali di masa yang akan
datang. Karena itu, usaha pertolongan Badai Katrina adalah proyek yang
paling berteknologi tinggi yang pernah dilakukan oleh para inisiat di
Amerika Serikat.
Pengaturan Guru yang Cermat
Pada tanggal 31 Agustus, hari ketiga badai tersebut, dunia
mendengar laporan yang mengejutkan bahwa hampir semua kota New Orleans
terendam air dan sekitar 100.000 orang dalam bahaya tenggelam.
Menanggapi berita ini, sebuah tim pertolongan kedua segera dibentuk
dengan kamp basis di Baton Rouge. Sayangnya, semua jalan utama ke New
Orleans diblokir oleh polisi dan tim tidak diizinkan masuk untuk
beberapa kali. Tetapi para inisiat bersikeras dan mulai mencari di
Internet dan mempelajari peta untuk menemukan jalan masuk.
Para saudara dan saudari juga berdoa kepada Guru dan
menjelaskan kepada polisi mengapa mereka ingin masuk. Dan melalui
pengaturan Guru, seorang saudari inisiat yang membatalkan jadwal
kemoterapinya demi dapat bekerja dengan tim, membawa sebuah lencana
resmi palang merah sehingga polisi mengizinkan tim bantuan
internasional Maha Guru Ching Hai untuk memasuki New Orleans. Saudari
itu kemudian mengungkapkan bahwa ia terinspirasi oleh saran Guru pada
tahun 1996 untuk mengambil kursus pertolongan dalam bencana,
mempelajari CPR dan teknik bantuan dalam keadaan darurat sehingga ia
menerima sertifikat dan sebuah lencana dari palang merah. Tanpa
pemikiran Guru yang mengarah ke depan, ia tidak akan bisa mendapat
lencana tersebut dan misi bersejarah di New Orleans akan lebih sukar
untuk dilaksanakan.
Dengan masuknya tim ke New Orleans, operasi itu beralih dari
Mississippi ke pusat bencana. Karena itu, sebuah markas baru dibuat di
sebuah hotel di Baton Rouge, dan dua hari berikutnya para pekerja
penyelamat mendistribusikan air, es, makanan dan bahan-bahan lain yang
dibutuhkan kepada lebih dari 3.000 orang yang ditempatkan di sebuah
posko di luar Superdome di New Orleans.
|
Para inisiat melihat ratusan pengungsi yang telah
diangkut dari superdome dengan helikopter. Tim dengan cepat membawakan
mereka air dan perbekalan.
|
Kemudian pada Jumat, tanggal 2 September, murid-murid dari
Oregon, Los Angeles dan Kentucky tiba untuk bergabung dengan tim yang
sudah ada dan setelah mendapat izin dari Wal-Mart setempat, para
pekerja menggunakan lapangan parkir toko itu untuk mengisi 1.400 paket
bantuan dan sejumlah kantong air. Karena temperatur melebihi 38ºC
(100ºF), para inisiat juga membeli es dan 1.100 sajian es krim
untuk didistribusikan di area bencana.
|
|
Di New Orleans para inisiat menggunakan area parkir
Wal-Mart untuk mengisi kantong-kantong bantuan.
|
Sementara membantu para korban, para murid diwawancarai oleh
reporter dan fotografer TV; sebuah foto anggota tim muncul di edisi 12
September dari US News and World Report, majalah berita
terbesar ketiga di AS.
|
Seorang sukarelawan mendistribusikan air untuk korban
badai yang sangat berterima kasih saat sedang menunggu bis di Metairie,
di luar New Orleans.
|
SOS di
Superdome
Keadaan di Superdome sangat tidak dapat dipercaya. Walaupun
ada ratusan tentara, polisi dan personel media di area itu, mereka
gagal menyediakan makanan dan air yang cukup di gedung itu sehingga
banyak orang yang meninggal.
Maka, pada siang hari tanggal 1 September, walikota New
Orleans muncul di CNN dan menyatakan sebuah “SOS keputusasaan” bagi
orang-orang di Superdome. Pada saat itu, tim bantuan adalah
satu-satunya kelompok yang menyediakan kebutuhan dasar para korban di
area posko.
Pada hari berikutnya agen-agen pemerintah bersama tentara
penyelamatan dan organisasi lain membawa truk penuh makanan dan air
untuk daereh itu. Tim kemudian memindahkan markas mereka kembali ke
Gulfport di mana masih ribuan orang di lingkungan miskin yang tidak
bisa mengungsi dan ditinggalkan tanpa listrik, makanan, air dan bahan
bakar. Selanjutnya, tim bekerja dari tanggal 4-8 September hingga
kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi. Mereka mendistribusikan
paket-paket makanan, kebutuhan sehari-hari, dan 37.640 botol air kepada
3.900 keluarga di Biloxi, Gulfport, Pass Christian, Bay St.Louis dan
Waveland.
|
|
Di Gulfport, Mississippi, anggota tim pertolongan
mengunjungi daerah miskin. Para korban berdesakan untuk menerima
perbekalan yang amat mereka butuhkan.
|
Setelah angkatan bersenjata, Palang Merah Amerika dan Bala
Keselamatan tiba di Mississippi; banyak pusat distribusi didirikan dan
beberapa area mulai mendapatkan listrik kembali. Maka, pada tangal 8
September 2005, tim bantuan mulai memindahkan markasnya keluar dari
Gulfport.
Tim Penyambut Menghibur Orang-Orang
yang Selamat
Sementara itu, orang-orang dari New Orleans yang terlantar,
diungsikan dengan bus ke Texas di mana inisiat dari center Dallas dan
Houston membentuk tim penyambut untuk menghibur dan membawakan kasih
Guru serta harapan kepada orang-orang itu. Di antara orang-orang yang
selamat, banyak yang mengalami pergumulan fisik dan emosi dan mereka
kini sudah tidak mempunyai rumah lagi.
|
|
“Tidak heran jika kalian sangat mengasihi – seperti
Sang Guru, begitulah sang murid,” kata salah satu penerima
bantuan.
|
Seorang saudara menawarkan makanan untuk menghibur
seorang anak yang kehilangan hubungan dengan orang tuanya.
|
Di Dallas, tim penyambut membawa paket perawatan bagi para
pengungsi di Reunion Area dan Convention Centre. Barang yang paling
berguna adalah kaus kaki serta pakaian dalam baru. Anggota tim juga
membantu palang merah dengan memasak, dan memberikan perawatan medis
serta pekerjaan administrasi.
Di Houston, Ercel Albert, Direktur dari Palang Merah Amerika
yang bertugas di posko Houston dan sekitarnya, menyusun jadwal bagi tim
penyambut untuk mengunjungi berbagai fasilitas yang sudah diubah
menjadi posko untuk pengungsi Louisiana.
Setelah melihat paket hadiah dari para inisiat, Albert juga
meminta beberapa ratus paket untuk dikirim ke markas Palang Merah,
dimana banyak pengungsi terus berdatangan untuk mencari perlindungan.
Permintaan ini mengejutkan, karena biasanya Palang Merah tidak menerima
bantuan berupa makanan.
Pada hari Jumat tanggal 2 September, para inisiat dengan cepat
membeli material dan menyiapkan 6.000 paket air, makanan ringan
bernutrisi dan kebutuhan pribadi. Pada hari berikutnya, banyak inisiat
dari negara bagian lainnya tiba di center Houston dan berkunjung ke
posko-posko setempat dan Convention Center untuk mendistribusikan
beberapa ribu paket itu.
Kemudian pada hari Minggu, 4 September, sekitar tiga puluh
inisiat untuk pertama kalinya keluar ke Astrodome untuk
mendistribusikan barang-barang bantuan bagi pengungsi perorangan dan
keluarga mereka, beberapa di antara mereka menangis di depan
saudara-saudari yang mengasihinya.
|
Kepala Polisi Houston, Denis Murphy, dan
saudari-saudari inisiat
|
Terlebih lagi, polisi yang ditugaskan untuk mengamankan
lingkungan, memberikan anggota tim akses ke area yang sebelumnya tidak
bisa dicapai. Ini adalah sebuah keajaiban sehingga para anggota pekerja
bisa masuk ke dalam Astrodome dan mendistribusikan paket dan air secara
langsung kepada para pengungsi yang tinggal di situ. Gedung itu penuh
dengan karpet di mana banyak ibu-ibu yang duduk dan menghibur anak-anak
mereka yang masih kecil. Para lansia di kursi roda juga tinggal di
fasilitas ini bersama dengan orang sakit yang tidak bisa meninggalkan
ranjang mereka. Tetapi setiap wajah terlihat lebih ceria setelah mereka
menerima sebuah paket yang terdapat gambar kecil Guru. Beberapa orang
bahkan tertawa dengan para inisiat dan berbicara dengan penuh
kerendahan hati untuk menyatakan rasa terima kasih mereka kepada para
murid.
|
|
Pengungsi Badai Katrina di Astrodome, Houston, Texas
|
|
Selain bekerja di Houston, para inisiat dari center
Pennsylvania juga mengunjungi markas Bala Keselamatan di El Paso dan
menyumbang popok, makanan bayi, susu bayi, kertas tulis, pen, pakaian
dalam, makanan ringan dan handuk kepada para korban. Pimpinan dan staf
organisasi tersebut sangat gembira dengan usaha para inisiat dan
mengatakan bahwa barang bantuan ini adalah sebuah berkah bagi para
pengungsi Katrina, karena ada banyak bayi dan orang tua yang sangat
membutuhkan popok serta makanan bayi.
Kisah Orang-Orang yang Selamat
|
|
|
Rekan-rekan inisiat dari Center Pennsylvania mengirim
barang kebutuhan ke markas Bala Keselamatan.
|
Berikut adalah sebagian dari cerita-cerita yang menyentuh,
yang diceritakan oleh orang-orang yang selamat kepada tim bantuan saat
mereka menerima paket hadiah yang berisi kasih Guru yang tanpa batas.
Seorang wanita tua bernama Brenda berkata bahwa saat air
sampai kepalanya, ia terpaksa naik ke atas loteng rumahnya untuk
berlindung dan diam di sana selama 22 jam tanpa makanan maupun air
hingga ia dievakuasi. Ia juga kehilangan jejak suaminya dan sangat
khawatir tentang keadaannya. Tetapi, ia merasakan kasih dan kekuatan
berkat Guru yang begitu kuat, sehingga ia terus mengatakan: “Terima
kasih Tuhan karena Kau telah mengutus saudara-saudari ini untuk
mengerjakan tugas mulia ini.”
Selain itu, ada sepasang suami istri dengan tiga anak yang
berumur tiga tahun, empat tahun dan sembilan tahun beserta keponakan
mereka yang berumur enam belas tahun harus dengan cepat mengungsi dari
rumah mereka saat malam hari karena air tiba-tiba masuk ke dalam rumah
mereka. Dengan anak-anak di bahu orang tuanya, keluarga itu berjalan
melewati banjir ke sebuah jembatan sekitar tiga blok dari rumah mereka.
Kemudian mereka tidur di sisi jembatan tanpa harta-benda atau selimut
untuk menjaga mereka agar tetap kering dan hangat. Setelah menerima
paket, keluarga itu berulang-ulang mengucapkan terima kasih kepada Guru
karena telah memberikan barang-barang yang menghibur hati dan jiwa
mereka. Terlebih lagi, anak mereka yang berusia tiga tahun, Lisa,
dengan lembut mencium dan memeluk salah satu inisiat dan tidak ingin
melepaskannya.
Para Penolong adalah Penerima Terbanyak
Saat misi bantuan Badai Katrina berakhir, tim bantuan kembali
ke rumah mereka masing-masing dengan semangat yang tinggi. Mereka telah
merasakan kekuatan Guru yang menjaga dan merawat mereka selama 24 jam
sehari. Kasih-Nya ada di dalam hati semua inisiat sehingga mereka bisa
bersimpati dengan penderitaan dan kesakitan para korban, menangani
masalah-masalah lingkungan yang tercemar, serta mendistribusikan
kebutuhan-kebutuhan dasar kepada banyak orang. Karena itu, para saudara
dan saudari berterima kasih kepada Guru karena telah membantu mereka
dan memberi mereka suatu teladan untuk selalu berbuat baik. Saat
membantu sesama, para penolonglah yang menjadi penerima terbanyak! Kami
adalah orang yang sangat beruntung dan makhluk yang paling bahagia di
planet ini, karena kami mempunyai Engkau sebagai Guru kami.
|
“Terima kasih banyak, Maha Guru Ching Hai,” kata
seorang penerima dengan tangan penuh barang-barang bantuan.
|
Mewujudkan Kasih Tuhan di Bumi
Aksi bantuan yang dilakukan oleh
Center-center dari empat belas negara bagian dalam usaha penolongan
Badai Katrina di Amerika Serikat beserta ceramah Guru dapat dilihat
pada acara TV CTI : Perjalanan
melalui Alam Estetis #159 dan #161:
|
GDC.ORGTW
|
GDC.US
|
Hi-channel
|
159
|
|
|
|
|
|
|
161
|
|
|
|
|
|
|
Laporan dari New
York, AS
Jiwa yang Penuh Kerinduan
Mendapatkan
Makanan Fisik dan Spiritual
Oleh Grup Berita New York (Asal dalam bahasa Inggris dan Cina)
Menurut survei terbaru terhadap kaum tunawisma di bulan
Februari 2005, ada 36.166 penduduk New York yang tidur di tempat
penampungan tunawisma, termasuk di antaranya adalah 14.884 anak kecil.
Dan sepanjang tahun lalu, populasi kaum tunawisma di kota New York
telah mencapai rekor tertinggi, dan ini tidak termasuk mereka yang
berkeliaran di jalan-jalan. Meskipun New York memiliki banyak tempat
penampungan tunawisma, baik yang ditunjang oleh pemerintah maupun
swasta, sejauh ini hanya bantuan materi yang didapatkan oleh kaum
tunawisma tersebut. Apa yang juga dibutuhkan oleh saudara-saudari yang
kurang beruntung itu adalah kasih tanpa pamrih, harga diri dan
kenyamanan spiritual.
Maka, pada tanggal 3 September 2005, kelompok inisiat dari New
York menyediakan pelayanan 24 jam di tempat penampungan tunawisma
Peter’s Place bagi tunawisma yang berusia di antara 55-85 tahun, dengan
memberikan makanan vegetarian yang bergizi.
Agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada kaum tunawisma
tersebut, sebelum menyiapkan makanan, para inisiat secara pribadi
memeriksa tempat penampungan tersebut, memeriksa menu mingguan dan
mendapati bahwa tempat penampungan tunawisma tersebut tidak mampu
menyajikan buah dan sayuran hijau kepada para tunawisma tersebut.
Kebanyakan dari mereka menderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau
menderita keduanya. Jadi, tim masak menyiapkan menu khusus dengan
minyak nabati berkadar rendah tetapi kaya akan cita rasa, warna dan
gizi yang seimbang.
Saat menikmati makanan mereka, kaum tunawisma merasa terkejut
bahwa makanan vegetarian dapat sedemikian lezatnya. Orang yang paling
diliputi oleh rasa ingin tahu mengenai makanan vegetarian adalah juru
masak tempat penampungan tersebut yang berbicara dengan para inisiat
tentang masakan vegetarian, dan kemudian ia juga tertarik mempelajari
lebih lanjut ajaran Guru. Pada saat makan, para praktisi memutar salah
satu video kaset Guru yang mendorong banyak orang untuk bertanya,
”Inikah Guru kalian? Dia sangat cantik! Di manakah Dia sekarang? Apakah
Dia akan datang hari ini?”
Sebagai tambahan, salah seorang wanita yang menetap di tempat
penampungan tunawisma tersebut berkata, “Saya dapat merasakan energi
yang datang dari layar TV” dan menambahkan bahwa dia seorang Muslim dan
suatu waktu pernah bervegetarian. Setelah menonton video kaset Guru,
dia terilhami untuk kembali menjalankan diet vegetarian. Seorang
lelaki, setelah membaca pamflet Quan Yin yang diberikan kepadanya,
sangat berhasrat untuk mempelajari lebih jauh mengenai Guru. Ia bahkan
hampir melupakan makan siang yang disajikan di hadapannya. Dipenuhi
dengan kekuatan berkah Guru, pengurus tempat penampungan tunawisma
tersebut berkata, “Kami tidak pernah makan seperti dalam pesta besar
semacam ini sebelumnya, dan tetap merasa bersemangat setelah itu!”
Mereka juga mengucapkan terima kasih secara pribadi kepada para
praktisi, meminta para praktisi untuk menyampaikan penghargaan mereka
kepada Guru. Sebetulnya, para inisiatlah yang harus berterima kasih
karena melalui para tunawisma, saudara-saudari tersebut dapat memahami
betapa beruntungnya diri mereka dan menyadari kebahagian saat memberi
dan dapat mempraktikkan ajaran Guru.
Para inisiat menggunakan kegiatan pendistribusian makanan di
tempat penampungan tunawisma Peter’s Place untuk membagikan kasih dan
berkah Guru kepada teman-teman mereka yang kurang beruntung dan
membiarkan mereka untuk menyadari bahwa mereka tidak dilupakan oleh
masyarakat dan bahwa mereka sama uniknya dengan orang lain di mata
Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh juru masak tempat penampungan
tunawisma tersebut, ”Saya memiliki pekerjaan yang baik sebelumnya,
tetapi saya merasa lebih bahagia di sini. Saya merasa bahwa saya
didorong oleh kekuatan tak nampak untuk datang memberikan pelayanan di
sini.” Sungguh suatu pernyataan spiritual!