Pada tanggal 26 November 2004, gempa
berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang Nabire, Provinsi Papua,
Indonesia. Gempa susulan yang terjadi beberapa hari setelahnya,
menjadikan warga khawatir. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan pada
rumah-rumah penduduk dan juga fasilitas-fasilitas umum seprti
pelabuhan, bandar udara, jaringan listrik, jalan raya, rumah sakit dan
beberapa kantor pemerintah. Selain itu, banyak sumur di daerah
pedalaman tidak bisa dipergunakan karena airnya tercampur lumpur.
Kebanyakan warga Nabire menjadi trauma, terutama para pendatang.
Sedangkan warga asli setempat, kelihatannya lebih bisa menerimanya dan
menganggapnya sebagai kehendak Tuhan.
Untungnya, tim bantuan yang terdiri dari
inisiat Indonesia bisa pergi ke daerah yang terkena bencana dan
menyalurkan bantuan, berkat kerja sama dengan Garuda Indonesia
Airways. Batuan terdiri dari tenda, selimut, kelambu, makanan,
obat-obatan dan pakaian yang kemudian disalurkan kepada warga yang
tinggal di kota seperti anak yatim piatu, anak-anak sekolah, pasien
rumah sakit, narapidana, polisi dan keluarganya, dan juga warga yang
tinggal di daerah pedalaman Kimi dan Lagare.
Para inisiat bekerja sama dengan Palang
Merah, pegawai pemerintah dan sukarelawan setempat. Para korban merasa
bersyukur kepada Tuhan atas bantuan yang mereka terima, dan tertarik
dengan ajaran Guru. Orang dewasa dan anak-anak di daerah pedalaman
dengan penuh semangat mendengarkan ajaran Guru, tersenyum bahagia,
bertepuk tangan begitu kerinduan mereka akan kasih akhirnya terobati.
Mereka berharap untuk belajar lebih banyak tentang Guru dan Metode Quan
Yin; dan semoga kebijaksanaan Guru akan berkembang di Nabire.
Menjelang berakhirnya misi bantuan ke
Nabire, para inisiat telah memberikan bantuan kepada korban berupa 500
lembar terpal dan 1000 lembar selimut, sejumlah pakaian bekas,
obat-obatan dan biskuit
Selain itu, di Blitar, Provinsi Jawa Timur,
pada tanggal 2 Desember, terlanda banjir. Dan inisiat setempat
menghubungi penampungan sementara dan mengetahui bahwa mereka mempunyai
cukup persediaan makanan tetapi kekurangan bumbu-bumbu dan minyak untuk
menyalakan kompor. Maka dari itu rekan inisiat dari Center
Surabaya dan Malang (satu jam perjalanan dari Surabaya) berangkat ke
Blitar, kira-kira 4 jam dari Surabaya. Semua barang sudah dikirim ke
Malang sehari sebelumnya untuk mengurangi waktu tempuh karena
perjalanan ke Blitar berlumpur dan berbahaya.
Para inisiat kemudian bekerja sama dengan
koordinator Palang Merah setempat dan pegawai kecamatan untuk
menyalurkan bantuan ke penampungan sementara di desa Tirtorejo, yang
paling parah terkena banjir. Batuan yang diberikan terdiri dari
400 liter minyak tanah, 10 kardus minyak goreng, 10 bungkus besar
garam, 48 botol kecap, 72 pak bumbu nasi goreng instan, 2 bungkus besar
kopi, dan dua kaleng besar kue.
Somoga kasih dan doa Guru selalu bersama
warga Nabire dan Blitar. Terima kasih Guru, atas cinta kasih-Mu.
Dari warga Nabire dan Blitar.